Beranda

Sunday 27 April 2014

Syndrom Motivasi Ganda

Akhirnya semangat menulis mulai lahir kembali, aku cek satu demi satu laporan-laporan studi kasus pada saat PKL ketika mengarungi jenjang DIV/Sarjana Terapan Gizi. Anyway aku belum sempat cerita bahwa akhirnya aku melanjutkan Studi DIV di Poltekkes Kemenkes Malang. 

Begini ceritanya, perjuangan setelah lulus sebagai Ahli Madya Gizi, tepatnya September 2011. Aku manfaatkan untuk kembali ke kampung halaman, tepatnya di salah satu Kabupaten pemekaran baru di Wilayah Sumatera Selatan. Namanya Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, dan daerah tempat tinggalku menjadi ibukota dari kabupaten. Dalam artikel lain, akan aku ceritakan banyak mengenai asal usul dari daerahku. 

Pada saat itu aku lancarkan gerakan pelamaran, dalam bahasa gampang nya adalah melamar kerja. Mungkin tahunku adalah tahun keramat. Kenapa aku bisa bilang keramat, karena Pemerintah melakukan "moratorium" terhadap penerimaan CPNS mulai tahun 2011. Entah apa cita-cita harapan untuk menjadi CPNS sedikit menghilang dari benak diri. Akhirnya, aku kirimkan 10 surat lamaran ke RSUD/RS Swasta yang ada di wilayah Sumsel  tanpa terkecuali. Untuk mengisi kekosongan sembari menunggu kabar, Aku beranikan mengajukan artikel-artikel ilmiah atau publikasi dalam kegiatan atau forum-forum tertentu. Alhasil, pada Desember 2011, Aku berkesempatan untuk mengikuti 2nd HPEQ (Health Professional Education Quality) International Conference selama beberapa hari di Pulau Dewata, Bali. Ini kali ketiga ak bisa menginjakkan kaki di sana, dan bersyukurnya semua akomodasi dari tempat asal akan ditanggung oleh pihak panitia/DIKTI Kemendiknas RI disamping aku akan melakukan presentasi oral untuk papperku yang berjudul "On and Off the job model as Good  System  Competence Nutrition Examination To Nutitionist in Indonesia", Secara garis besar artikel ini membahas tentang sistem uji kompetensi untuk ahli gizi di Indonesia. Studi ini melibatkan pembimbing sewaktu aku kuliah di Jogja, yaitu Dr.Ir.Irianton Aritonang, MKM dan Ir. Sumirah, M.Kes. Beliau berdua adalah senior bidang gizi sekaligus sebagai assessor dalam uji kompetensi.

Kembali berada dalam simposium kelas kakap membuatku menjadi minder, tetapi aku ingat bahwa untuk mnjadi orang besar maka bergaulah dengan orang-orang besar. Dalam arti, banyak pelajaran yang akan kita dapatkan ketika berada dalam forum besar dan bersama orang-orang yang mempunyai andil besar dalam perannya. Kembali ke simposium, aku mengenal banyak petinggi-petinggi bidang gizi yang hadir, sebagian aku mengenalnya. Bahkan, saat presentasi turut hadir Direktur (Dr. Lucky Herawati, MSc), Ketua Jurusan Gizi (Joko Susilo, SKM, M.Kes) yang turut serta dalam kegiatan ini. Presentasi selama 10 menit aku selesaikan dengan baik, harapan dalam presentasi ini adalah sebagai saran dan solusi bagi pemangku jabatan di bidang gizi yaitu Kemenkes dan Organisasi Profesi Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) untuk menerapkan sistem On the job dan off the job sebagai media uji kompetensi yang harapannya sesuai dan bisa diterapkan. Acara terakhir adalah study tour, dalam setiap kegiatan memang ini acara yang ditunggu-tunggu sebagai penghilang ketegangan setelah melewati presentasi dan simposium tentunya. Pada waktu itu kunjungan dilangsungkan menonton sendratari cerita tentang Pulau Bali di Bali Safari Marine Park, acara sungguh meriah. Sangat bersyukur bisa menikmati wisata kelas dunia di tempat itu, hewan-hewan di panggung menari-nari menceritakan lakon cerita bersama dengan para penari dan para aktor panggung. Akhir cerita, burung-burung berterbangan di dalam gedung menandakan bahwa cerita sudah selesai. Cerita saat itu disajikan dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Bali dan Bahasa Inggris. Penonton dilarang untuk merekam semua kegiatan pelaksanaan. Sungguh mahakarya kelas dunia !  

Setelah kembali dari Pulau Bali, mulai banyak tawaran dari lamaran yang aku kirimkan. Dari seupuluh yang aku kirimkan ke RS, ternyata ada sekita 4 lamaran yang dengan senang hati ingin menerimaku sebagai pekerja disana. Alhasil, tidak ada satupun yang aku pilih, karena memang tempat yang jauh dari kediaman dan akses yang terbilang sulit karena transportasi yang jarang dan belum berkembang. Alasan lain aku menolak, karena memang ditempatkan di tempat yang tidak aku kuasai misalkan Rekam Medis, atau sekedar Informasi kemungkinan. Sungguh miris, seorang putra daerah yang kembali untuk megabdikan diri tidak mendaptkan banyak kesempatan dalam pekerjaan. RSUD di dekat rumahku juga terkesan menolak lamaranku, karena faktanya untuk bisa bekerja di sana menuntut kita untuk mempunyai link/relasi/keluarga yang bekerja disana ataupun petinggi-petinggi daerah dengan cara menyelipkan 'kertas memo'' untuk bisa bekerja disana, bahkan terbilang bisa tidak digaji alias TKS (Tenaga Kerja Sukarela). Its not fair ! 


Hatiku bergejolak saat itu, niat keinginan untuk melanjutkan pendidikanpun menuntunku kembali ke Pulau Jawa. Tetapi, bukan Jogja yang menjadi pilihanku. Melainkan Kota Apel, Malang-Jawa Timur. Kucoba mendaftar di salah satu Universitas Negeri disana, Sebut Brawijaya. Aku mengikuti tes tertulis dan wawancara di sana. Harapan ingin sekali bisa melanjutkan studi di sana kandas, karena namaku tidak masuk dalam daftar calon mahasiswa yang lulus. Karena aku manusia, aku masih merasa kecewa saat itu, seakan bahwa cita-citaku hilang sejenak. Namun bukan Sandy Ardiansyah, kalo cukup berhenti disana dan duduk diam. Akhirnya aku bernaikan diri mencoba kampus sejenis seperti di Jogja, yaitu Poltekkes Kemenkes Malang. Kenapa aku memilihnya, karena ini Negeri, biaya terjangkau dan sudah aku dengar dan buktikan bahwa Gizi Malang mempunyai banyak dosen-dosen handal dalam bidangnya tentu saja seperti penulis buku Penilaian Status Gizi, Konseling Gizi yaitu I Dewa Nyoman Supariasa, MPS. Beliau adalah Ketua Jurusan Gizi di Malang. Wow, aku berharap bisa belajar banyak di Kampus Hijau yang terletak di Jalan Besar Ijen No 77 C Malang. Singkat cerita aku lulus seleksi dan menjadi mahasiswa baru di kampus ini. Proses demi proses pengenalan mahasiswa untuk ke2 kalinya aku lewati, memang tidak sesulit ketika DIII karena hanya banyak mendengarkan pemaparan tentang kampus baik soal akademik maupun kemahasiswaan. 

Tepatnya Agustus 2012, aku mulai mengikuti kelas perkuliahan di Gizi Malang. Pada saat itu teman terbaikku adalah mahasiswa DIII Gizi kebanyakan, karena mereka merupakan pengurus dari organisasi yang aku dirikan, IKAMAGI. Saat itu Sekjen atau pemimpin tertinggi dari organisasi ini adalah berasal dari Malang. Namanya Pungki Priyo Admojo, seorang sosok pejuang gizi yang tangguh dan aktivis yang rela berkorban demi untuk memajukan organisasi yang saat itu baru berjalna pada periode Ke 2. 

Pendidikan DIV aku mulai lewati dengan perjuangan yang tak kalah hebatnya, yang aku rasakan adalah aku banyak mengenal ilmu-ilmu baru disini, kemudian aku dihadapkan pada penulisan Proposal Penelitian sebagai syarat meraih jenjang sarjana terapan gizi. Saat itu masih harap-harap cemas untuk mendapatkan pembimbing. Posisi pengumuman pembimbing saat itu aku tidak sedang berada di tempat, karena aku mengikuti MUNAS III IKAMAGI di Poltekkes Kemenkes Padang. Betapa bimbang dan sedikit kegembiraan dalam hatiku ketika mendapat kabar bahwa judul yang diterima dan pembimbing yang luar biasa yang akan membantuku dalam menulis tugas akhir.

Pengalaman menulis terbaikku lahir di kampus ini, aku dibimbing oleh seorang Lektor Ilmu Gizi, bernama Ibu Ir. Astutik Pudjirahaju, M.Si dan Ibu Etik Sulistyowati, SST, SGz, M.Kes. Ingin sekali rasanya aku menceritakan banyak hal tentang perjuangan menulis, bukan hanya meulis tepatnya tetapi bagaimana Tugas Akhir/Skripsi bukan hanya untuk dipajang di Perpusatakaan bertahun-tahun saja, tetapi bisa berbicara banyak hal tentang isi yang ada di dalamnya. Fokus penelitian skripsiku bercerita tentang Ketahanan Pangan. Kompleks sekali jika kita berbicara tentang ketahanan pangan atau Food Security, dimana berdasarkan Framework of Malnutrition bahwa didalam kompenen penting terciptanya status gizi optimal didasarkan pada pola konsumsi yang merupakan salah satu sub bab dari sistem ketahanan pangan. 

Coretan dan lembaran demi lembaran aku sudah lalu bersama dengan pembimbing-pembimbingku, akhirnya aku melewai sidang seminar proposal yang baik dengan penguji yang luar biasa pula yaitu I Dewa Nyoman Supariasa, MPS. Seorang pakar gizi masyarakat yang sudah diakui di Indonesia, keliahiannya menangkap peluang untuk menulis lah yang bisa aku pelajari dari beliau. Iya, "bagaimana kita bisa memanfaatkan peluang", mungkin sebuah untaian kalimat ini yang masih aku pegang hingga sekarang. Dalam sebuah kesempatan, aku pernah di minta beliau untuk turut mengedit sebuah buku yang saat itu posisi beliau sebagai seoarang Editor. Aku masih menantikan buku Gizi yang akan hadir tersebut, meskipun hanya membantu beliau, namun banyak pelajaran yang berharga dalam waktu seharian mengedit buku. Sebuah pengalaman yang luar biasa bagiku meskipun hanya di suguhkan sekotak ayam dan kentang dari salah satu makanan siap saji. 

Sejujurnya banyak pengalaman yang ingin aku bagikan dalam masa-masa perkuliahan DIV, atau masa-masa PKL, jika bisa di list maka dalam artikel berikutnya aku berusaha untuk menulis :
1. Makanan Khusus Atlet Bergizi Tinggi
2. Pengalaman PKL di Balai GAKI
3. Pengalaman PKL di PT. Aerofood Indonesia Unit Surabaya
4. Praktek Membuat Sari Ikan Gabus, Praktek Formula Enteral, Tikus Percobaan dan lain-lain
5. Kantin Sehat 
6. Pengalaman mengikuti 3th International Symposium Nutrition di USM Kelantan Malaysia.

Karena untuk menjadi besar, kita harus bisa membagikan pengalaman berharga dalam hidup kita, jika tidak berbagi maka pengalaman ini akan perlahan hilang. Berbagi itu indah merupakan sebuah jargon dalam blok yang berjudul Kampung Gizi ini, entah mengapa ingin sekali rasanya turut berbagi baik dari kehidupan pribadi, pengalaman pribadi bahkan sedikit berbagi ilmu gizi yang aku punya. Tentunya semua ini tak lepas dari proses pembelajaran dalam diri pribadi sehingga kita bisa menjadi insan yang nerimo dengan setiap kekurangan dan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT. 

Tulisan ini aku tujukan sebagai suatu syndrome untuk terus memotivasi diri dalam berbagi tulisan dan berbagi pengalaman hidup yang sudah dilewati kepada para pembaca.

PALI, Sumsel. 26 April 2014
Sandy Ardiansyah, A.Md.Gz, SST Gizi

Saturday 26 April 2014

STRATEGI MEWUJUDKAN BANGSA SEHAT BEBAS “PENYAKIT GLOBAL” MELALUI BUDAYA PHBS DAN KADARZI


STRATEGI MEWUJUDKAN BANGSA SEHAT BEBAS “PENYAKIT GLOBAL” 
MELALUI BUDAYA PHBS DAN KADARZI

Sandy Ardiansyah

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang  Dasar 1945. Pembangunan nasional ini pada hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada upaya promosi dan pencegahan (promotif dan preventif), disamping peningkatan akses pelayanankesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Dengan tema ”Indonesia Sehat Berbasis Perilaku” mengandung arti bahwa pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs (Millenium Developments Goals) dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta (universal coverage).
Dalam era yang sudah memasuki global, berkembang pula penyakit-penyakit yang menyerang keberlangsungan kesehatan generasi bangsa. Salah satunya penyakit degeneratif, yaitu penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, obesitas,  osteoporosis, kardiovaskuler, DM dan lainnya. Penyakit degeneratif banyak diderita oleh masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Penyebabnya, masyarakat kota lebih banyak mengonsumsi makanan yang tergolong junk food makanan yang memiliki nilai gizi rendah, hampir tidak mengandung protein serta vitamin dan mineral. Junk Food mengandung lemak jenuh yang tinggi, kecenderungan seperti ini yang membuat masyarakat kota menderita penyakit degeneratif akibat gaya hidup yang serba instan.
Disamping itu juga dapat diakibatkan oleh prilaku yang kurang bersih dan kurang sehat. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal melalui Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Keluarga Sadar Gizi (kadarzi).
Terdapat tiga sasaran yang hendak dicapai dalam menggerakkan dan memberdayakan generasi penerus bangsa untuk hidup sehat yaitu seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh keluarga mempraktikkan PHBS, dan seluruh keluarga sadar gizi (Kadarzi). Penerapan ketiga sasaran tersebut tidak secara terpisah-pisah, melainkan sesuatu yang saling berhubungan. Keluarga sadar gizi dapat menjadi awal tumbuhnya perilaku hidup sehat di tingkat keluarga.

Adapun perilaku hidup bersih dan sehat tersebut meliputi :
1.  Menjaga Kebersihan Diri Sendiri dan Lingkungan Sekitar Kita
Kebersihan diri sendiri perlu diperhatikan dan dijaga dengan baik karena terkait/berkaitan erat dengan penampilan kita di masyarakat umum, kerapihan dan kebersihan badan seperti: rambut, kuku, wajah, mata, telinga, kulit, mulut, gigi, tangan, kaki, dan lain-lain dapat memberi efek pada kesehatan tubuh secara keseluruhan. Selain itu juga hindari bertukar peralatan mandi, bersolek, dan kesehatan, serta pakaian pribadi dengan orang lain karena mungkin dapat menularkan penyakit yang berbahaya.
Upaya kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimalkan lingkungan hidup manusia, sehingga menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di dalamnya. Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa kesehatan lingkungan di negara-negara berkembang adalah berkisar pada sanitasi (jamban), penyediaan air minum dan air bersih, perumahan (housing), pembuangan sampah dan pembuangan air limbah (air kotor).
2.  Berolahraga dan Memeriksakan Kesehatan  Secara Berkala
Berolah raga secara teratur dapat memacu jantung, pernafasan dan peredaran darah menjadi lebih baik. Biasakan berolah raga setiap hari dengan kegiatan yang ringan seperti berjalan kaki, senam, fitnes, jogging, bersepeda, atau melakukan olah raga penuh seperti main badminton, sepak bola, lari maraton, tenis, bola basket, dan lain sebagainya. Selain olah raga ada lagi yang tidak kalah pentingnya dengan olahraga yaitu periksa kesehatan berkala secara teratur ke tempat pelayanan kesehatan. Fungsi pemeriksaan kesehatan terprogram adalah agar penyakit atau kelainan yang timbul dapat terdeteksi dengan lebih cepat, sehingga pengobatan pun tidak akan memakan banyak biaya, waktu dan tenaga.
3.  Hindari Stres yang Menyebalkan
Untuk menghindari stress diperlukan strategi bagi masing-masing individu. Carilah cara yang terbaik untuk menghilangkan stres dengan strategi  anda sendiri yang mudah, dapat dilakukan di mana-mana, murah meriah, sehat, halal, dan enak dilakukan. Contoh aktivitas penghilangan stres adalah seperti mendengarkan musik yang menurut pribadi enak didengar dan menghilangkan beban pikiran yang ada, bermain video game, main musik, olah raga, ngobrol  dengan temen atau sahabat karib, jalan-jalan ke mall, nyanyi, berkebun, mancing, tidur, dan lain sebagainya. Tidur yang cukup, mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing asal tidak jahat, serta melaksanakan program pola hidup sehat dapat mencegah stres maupun depresi yang apabila sudah parah dan kronis bisa menjadi gangguan jiwa dan penyakit jiwa yang membuat kita merasa tertekan dan malu pada orang.
4.  Menghindari Kebiasaan Bodoh yang Merugikan
Kegiatan bodoh yang bagi sebagian orang dianggap sebagai kegiatan yang keren, macho dan gaul adalah seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang/narkotik/zat aditif lainnya yang menyebabkan kecanduan dan berbagai macam penyakit seperti jantung, paru-paru, dan penyakit infeksi yang lain. Bayangkan saja jika sudah terkena salah satu aktifitas bodoh di atas, maka seseorang bisa mengeluarkan banyak uang untuk membeli barang candu, untuk biaya berobat di masa depan, membuang banyak waktu untuk membeli dan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut. Menggunakan barang menjijikkan tersebut tentu saja menambah dosa kita berlipat ganda karena dampak/efeknya tidak hanya kita saja yang merasakan, namun juga orang lain seperti orangtua, teman, keluarga dan lain sebagainya.
5.  Pemenuhan Kebutuhan  Gizi 
a.   Pentingnya Gizi Seimbang
Bila manusia kekurangan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, maka akan menimbulkan masalah dan daya tahan tubuh menurun, sehingga mudah terserang penyakit infeksi. Oleh sebab itu kebutuhan gizi setiap individu harus terpenuhi agar tubuh tetap sehat. Penyakit akibat kekurangan gizi yang ada di Indonesia meliputi: kurang energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI), anemi gizi, kurang Vitamin A (KVA) dan Gizi Lebih (Obesitas)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam  makanan sehari-hari, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Tingginya prevalensi KEP pada balita mempunyai dampak terhadap kematian anak dan produktifitas kerja. Hasil penelitian dari lima negara berkembang seperti Bangladesh, India, Malawi, Tanzania, dan Papua Neugini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara KEP dan kematian anak.
Anak yang KEP daya tahan tubuhnya menurun sehingga mudah terserang penyakit. Hal ini berarti akan menambah beban masyarakat dan pemerintah untuk perawatan dan pengobatan. Diketahui ada interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi. Penyakit infeksi yang berat dapat memperburuk status gizi melalui gangguan masukan/konsumsi makanan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi meskipun ringan berpengaruh buruk pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Keadaan ini akan diperberat jika higiene atau kebersihan lingkungan tidak bersih. Jika higiene sanitasi atau kebersihan lingkungan kesehatan buruk, maka berbagai penyakit akan lebih mudah menyerang seluruh golongan usia, terutama pada golongan anak anak.
Anemi gizi dan kurang vitamin A adalah masalah gizi yang disebabkan karena tubuh kekurangan zat gizi mikro, vitamin dan mineral. Kelompok  masyarakat yang rentan terhadap masalah gizi ini adalah balita dan ibu hamil/ nifas. Masalah gizi GAKI, kekurangan vitamin A, dan anemia  mempunyai dampak terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia, terutama pada generasi penerus bangsa.
Gizi lebih menjadi masalah gizi baru yang akan mengancam generasi bangsa. Data WHO, menyebutkan sebanyak satu miliar orang diseluruh dunia saat ini menderita kegemukan atau obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan yang akan dapat memicu berbagai penyakit degeneratif. Dan jumlah ini akan diperkirakan naik menjadi 1,5 miliar pada tahun 2015.
b.  Makan Makanan yang Sehat dan Sesuai Aturan
Makanan enak belum tentu sehat, banyak makanan serta minuman yang berbahaya dan tidak sehat apabila dikonsumsi. Contohnya: penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet makanan dan minuman yang seharusnya digunakan untuk mengawetkan mayat. Jika jajan jangan sembarangan,  belilah makanan dan minuman di tempat yang dapat terjamin kebersihan makanan minuman tersebut. Lihat pula kebersihan tempat cara pengolahan dan pemilihan bahan baku makanan/minuman. Jangan mudah tergoda dengan iklan di tv, radio, surat kabar, majalah, sales, dan lain sebagainya. Terkadang produsen pun berbohong demi mendapatkan keuntungan yang besar dan bekerjasama dengan oknum pemerintah agar tutup mulut.

Kesimpulan
Status kesehatan termasuk status gizi dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Faktor lingkungan memegang peranan yang terbesar dalam menentukan status kesehatan dan gizi, selanjutnya faktor yang cukup berpengaruh adalah faktor perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan yang menentukan perilaku seseorang atau kelompok untuk berperilaku sehat dan menanmkan pola keluarga sadar gizi dalam keluarga.
Dengan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari, akan menekan berbagai penyakit, paling tidak akan mengurangi. Kalau semua bangsa sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan menerapkan kadarzi, maka derajad kesehatan akan meningkat. Dengan memberdayakan PHBS dan Kadarzi pada masyarakat dapat dicegah timbulnya berbagai macam penyakit secara mandiri dengan mudah dan  murah,  sehingga  akan terwujud bangsa yang sehat dan bebas penyakit global.

Monday 21 April 2014

Motivasi Menggapai Mimpi (3M)

Membaca sebuah blog dari seorang mahasiswa tingkat akhir diploma gizi membuat aku seperti berkaca dengan diriku. Bukankah sewaktu jaman kuliah aku sangat produktif dalam melahap semua perlombaan menulis, baik itu bertema tentang gizi maupun keluar dari genre pendidikan yang sedang aku jalani saat itu. Kemudian aku mulai berkaca dan terbayang dengan semua Mimpi-mimpiku. Mimpi yang aku bangun sejak jaman DIII Gizi, DIV Gizi hingga sekarang ketika aku sudah mencapai derajat sebagai Ahli Gizi (Nutritionist Registered/Technical Registered Dietisien) di RSUD Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Ini bukan sebuah mimpi lagi, karena aku yakin di dalam daftar mimpiku dulu, pasti ada salah satu yang dimaksud ini. 

Dalam Rintikan hujan di luar yang sedang deras-derasnya, Entahlah aku makin tidak percaya bahwa hari ini, semangat untuk menulis kembali timbul dan sangat menggebu-gebu. Mungkin karena diiringi dengan lagu yang amat bersemangat sekarang aku dengarkan lewat tali headvoice lamaku. Aku mulai mencari hardisk hitamku di lemari yang aku sebut "lemari warna warni" karena memang terdiri dari berbagai warna disetiap kotaknya. Akhirnya aku membuka file konsep buku-buku yang belum sempat aku selesaikan. Aku malu sendiri dan tidak bisa menyembunyikan perasaan itu karena tidak tahu kemana waktu yang sudah aku buang. Dalam arti, timbul pertanyaan besar dalam diri : Kenapa tidak aku selesaikan ? Mungkin bisa didata buku-buku yang ingin aku tulis dan bahkan nyaris berhenti di tengah jalan adalah seperti di bawah ini :
1. Gizi Optimal Tulang Kuat
2. Posyandu Unggulan dan Swasembada
3. Kaderku Pahlawan Bangsa
4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga
5. Asuhan Gizi Penyakit Degeneratif dan Aplikasi Kasus
6. Buku Seri Kesehatan Gizi (Kajian Analisis Jurnal)
    - Double Burden (Gizi Ganda) / Cermin Gizi
    - Pengaruh Iodium pada Optimalisasi Gizi Anak
    - Masalah Anemia, Dahulu dan Sekarang
    - Negeri Bebas KVA
7. Gizi untuk Anak Sehat, Mental Kuat
8. Curahan Hati (Curhat) AHLI GIZI
9. Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat
10. Penyelenggaraan Makanan Massal (Kajian Teori dan Aplikasi)

Mungkin terkesan arogan dan sombong, tapi inilah nyatanya. Aku berusaha menghimpun mimpiku hanya untuk menulis semua konsep buku diatas yang semuanya berhenti di tengah jalan. Hari ini aku berusaha untuk bangkit. Karena "jika bukan sekarang, jika bukan saat ini, kapan lagi raga ini bisa mencerna". Mencerna semua ilmu yang sudah didapatkan, mencerna semua pengalaman menulis dari orang besar dan mencerna semua pengalaman dalam merangkai kata-demi kata.


Aku tidak tahu penyemangat ini timbul dari mana, tetapi yang aku rasakan sekarang adalah bagaimana caranya aku bisa bangkit. Iya tersadar akirnya aku mulai menapaki turun anak tangga, aku ingin melihat kisahku jaman dulu. Cerita dimana aku bisa terdampar di dunia Pergizian Indonesia. Baiklah, aku mengawali karir sebagai seorang mahasiswa tingkat pertama DIII Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, tentunya setelah melewati tahapan tes untuk lulus. Tingkat pertama mungkin kegiatanku sama saja dengan mahasiswa lain, berusaha untuk beradaptasi dengan semua kegiatan kampus vokasional. Tidak banyak yang aku lakukan kecuali menjadi seorang kandidat Calon Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) tahun 2009, namun ternyata dalam seleksi debat aku hanya bisa meraih jabatan sebagai Wakil Ketua BLM. Sungguh bahagia saat itu karena semua cerita hidup organisasi yang aku dapatkan di awali dari sini. 


BLM memanggilku dan menuntunku untuk bersikap independet, visioner dan kritis, aku mulai mengenal bagaimana caranya membuat sebuah proposal kegiatan dan mencari sponsor dalam mengadakan kegiatan. Bagaiamana cara bermusyawarah, rapat dan debat terkadang dengan sesama anggota organisasi mahasiswa di kampus kesehatan Jogja ini. Satu tahun periode telah berakhir, dan perkuliahan semester I dan II pun sudah berakhir. Di kelas, aku mungkin terbilang sebagai anak yang "nyeleneh". Jelasnya terkesan sebagai orang yang ingin tau dan ingin belajar banyak, meskipun terkadang keinginan ini terhambat karena mental ABG yang masih ingin bermain-main dan hura-hura. 


Tingkat I aku lewati dengan baik, meskipun IPK hanya diatas rata-rata, namun atas pencapaian ini aku selalu bersyukur karena Allah berjanji ketika kamu selalu bersyukur atas apa yang sudah kamu perjuangkan, maka Allah SWT akan menambahkan nikmat yang kamu peroleh. Tingkat II sudah menanti, seleksi untuk organisasi mahasiswapun berlangsung, kehidupan politik di kampus berlangsung aman dan damai. Akhirnya aku berkesempatan untuk dicalonkan kembali menjadi Ketua BLM, namun kembali aku belum dipercaya untuk memegang amanah itu. Karena organisasi itu adalah perjuangan semua anggota, meskipun aku kalah dalam pencalonan. Niat untuk bersama-sama memperjuangkan BLM, Kampus dan mahasiswa pun tidak pernah luntur dari dalam sanubari. Koordinator Komisi D yang bertugas sebagai Kritisi Kebijakan Kampus diamanahkan sang Ketua BLM kepadaku saat itu (tahun 2010). Saat itu aku mengkonsepkan : Buku KriSan (Kritik dan Saran) di setiap kelas, dan Kegiatan "Secangkir Teh Bersama Direktur" yang saat ini masih dipertahankan oleh BLM. Jiwa organisasi aku terlalu over jika bisa dikatakan, saat itu aku mengikuti kegiatan UKM Jurnalistik untuk mengasah hobi menulisku, UKM Riset untuk menyalurkan hobi menelitiku, dan UKM SKI At Taqwa sebagai tiang pedoman agamaku, Islam ! Karena dalam hidup ini, keseimbangan antara Iman, Taqwa dan Berkehidupanlah yang dapat membuat hidup kita tentram baik di dunia maupun untuk di akhirat kelak. 


"Banci Kegiatan", inilah julukanku saat itu. Karena komunikasi yang baik dengan lafal Indonesia yang baik pula. Saat kegiatan-kegiatan, aku didaulat menjadi MC (Master of Ceremony), pengalaman yang berkesan banyak sekali ketika sedang membawakan acara. Salah satunya ketika aku harus membawakan acara "English Debate Competition", sampai sekarang aku masih ingat dengan tema nya : Dare to speak, dare to be corrected. Karena berbicara di depan umum adalah sebuah seni dalam merangkai kata, sama hal nya dengan merangkai kata melalui lentik jemari tangan dalam menulis. Sebenarnya tidak ada beda dari kedua kemampuan yang aku asah tersebut. 


Karena hasil akademisku yang lumayan tinggi dan kegiatan organisasi yang optimal. Aku berhasil mendapatkan beasiswa/dana bantuan pendidikan dari salah satu Lembaga KWP di Sumatera Selatan, Alhamdulilah dan aku diundang untuk menerima penghargaan itu di salah satu Hotel Kaliurang Jogja. Inilah tonggak lahir dari sebuah lemari prestasi di Kampus Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Aku berhasil meletakkan penghargaan ini di dalam lemari kaca prestasi yang dulu aku sempat berjanji dalam diri bahwa suatu saat akan ada namaku di dalam nya akhirnya bisa tercapai. 


Tahun ini pula aku berhasil berangkat untuk mengikuti kegiatan Aliansi Pers Mahasiswa Politeknik se-Indonesia dan Pelatian Nasional Jurnalistik di salah satu kampus Swasta Bandung dengan biaya dari kampus. Ini merupakan perjalanan luar pertamaku mewakili kampus. Dalam pelatihan ini, aku banyak mengenal teman-teman hebat dari berbagai kalangan disiplin ilmu. Yang saat ini menjadi salah seorag Motivator dan super deal dalam perjalanan hidup adalah bernama Ya Muhammad Maulidin, atau aku memanggilnya Olid. Kami merupakan dream catcher kelas ulung yang saling berlomba untuk memperjuangkan mimpi. Tentu saja kami saling menyemangati, bahkan hingga sekarang. Namun untuk urusan SOGA (Syndrom of Go Abroad), beliau ini lah yang memegang juaranya. Karena negeri Korea Selatan dan Australia sudah di singgahi. Namun aku hanya lah, negeri Upin ipin yang sudah aku singgahi. Cerita ini akan aku bahas di paragraf selanjutnya.


Setalah bertemu dengan teman yang luar biasa dengan segudang pengalaman ilmu Jurnalistik, akhirnya aku kembali ke kampus dan segera mempraktekan hasil dari pelatihan tersebut, Yaitu membuat Majalah Kampus. Ya, pada tahun ini lahirnya majalah kampus pertama berjudul "Recovery'', aku didaulat menjadi Pemimpin Redaksi. Alhamdulilah, majalah ini akhirnya terbit dengan berbagai artikel mengenai kampus dan info kesehatan yang menarik bagi seorang mahasiswa kesehatan. 


Tahun 2010, tepatnya 13 Oktober 2010 aku berhasil mengundang sebanyak 50 orang mahasiswa dari Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes se-Indonesia berkumpul di kampus tercintaku untuk mengikuti kegiatan Musyawarah Nasional Ikatan Keluarga Mahasiswa Diploma Gizi Indonesia (IKAMAGI) selama seminggu lamanya. Saat itu kami bersatu sebagai mahasiswa Diploma Gizi Indonesia untuk mempererat dan membangun organisasi nasional sebagai jembatan untuk mempersatukan seluaruh mahasiswa diploma gizi dan sekaligus bersama-sama membentuk karakter mahasiswa diploma gizi Indonesia yang berwawasan kritis, kreatif, dan egaliter. Sebagai founder dari IKAMAGI bersama dengan sahabatku yang saat ini sedang menempuh studi sarjana di IPB, Jhonson Agustinus kami siap untuk selalu mendukung kegiatan IKAMAGI hingga periode ke IV sampai sekarang. Jayalah Diploma Gizi Indonesia !

Aku ingat sekali Merapi mulai meletus pertengahan November 2010 seusai kegiatan MUNAS IKAMAGI, dan aku saat itu menjadi mahasiswa rantau yang galau, karena keluarga yang khawatir dan menyuruh anaknya untuk pulang dulu ke tanah Sumatera. Namun, karena aku yakin bahwa bisa bermanfaat bagi orang lain saat itu, aku pun menjadi relawan di Instalasi Gizi RSUP Sarjito Yogykarta. Apa yang aku bisa ceritakan saat itu bahwa, semua orang menangis  dan meringis kesakitan. Saat itu aku bertugas mengantarkan makanan dan cairan enteral kepada para pasien combustio (luka bakar). Aku melihat bagaimana manusia hilang bentuk, penuh dengan hentakan tangan dan kaki yang terikat karena untuk proses intervensi pasien tersebut. Aku menahan tangis saat itu di ruangan GBST, karena melihat seorang yang tanpa bentuk lagi. Sungguh iba dan kasihan sekali melihtnya, ditambah lagi melihat keluarga pasien yang saling mencari-cari apakah pasien di dalam ruagan itu adalah salah satu keluarganya. 


Lepas dari permasalahan di Merapi, aku sempat mengikuti seleksi kegiatan Forum Indonesia Muda Rescue yang bekerjasama denga MERC, alhamdulilah aku lulus dalam seleksi Awal Desember 2010 itu, dan mimpi ke Cibubur pun tercapai. Karena dulu aku adalah seoarang Pramuka ketika SMP, aku sering ditugaskan untuk pergi dalam perkemahan. Mulai dari perkemahan di Bumi Perkemahan Prabumulih hingga Bumi Perkemahan Danau Ranau. Namun keinginan ke Cibubur saat itu terhenti karena sudah masuk kelas III SMP yang harus fokus menuju ujian sehingga tidak jadi berangkat. Akhirnya kegiatan Pelatihan FIM Rescue ini mengantarkan aku untuk menghirup udara Cibubur. Disanalah aku banyak bertemu para dream catcher, penuh dengan motivator ulung yang membangkitkan jiwa sosial dan kemanusiaan. Hebat sekali, aku bermalam di Taman Wiladatika, aku belajar bagaimana mendirikan tenda darurat, dapur bencana, naik kapal karet di danau cibubur, dan bagaimana bikin bivak solo, dan akhirnya bermalam di tenda juga di bumi cibubur hingga sampai pada akhirnya kegiatan simulasi bencana yang mengharuskan jurik malam dengan banyak tantangannya. FIM, Aku untuk Bangsaku !


Saat itu tahun memasuki 2011, aku masih berkutat dengan dunia kuliah dan organisasi serta lomba-lomba dan kegiatan pemuda lainnya. Seingat aku, tahun 2011 aku dan kelompokku mendapatkan rejeki dari dana hibah PKM Dikti tahun anggaran 2011 bidang Penelitian. Saat itu kami membuat flakes yang berasal dari uwi dan biji kecipir. Namun, saat itu kami tiak bisa memperjuangkan hingga tembus menuju PIMNAS. Namun pencapaian ini menjadi yang luar biasa bagi kampus. Untuk waktu yang akan datang bisa aku upload abstrak dari penelitian mengenai uwi dan biji kecipir ini. Setelah kegiatan ini, sebagai mahasiwa tingkat akhir disibukkan dengan kegiatan PKL. Ada banyak cerita menarik ketika menjalani Praktek Kerja Lapangan MAGK dan MSPMR di RS Syaiful Anwar Malang. Berikut sajian visualnya.

 Gambar 1. Aksi di Receiving BM

Gambar 2. Persiapan BM (Pemotongan)

Satu semester lagi aku akan selesai dan berhak menyandang gelar Ahli Madya Gizi, namun perjalanan menuju ke arah wisuda harus dilewati dengan sangat keras. Disisi lain, saat bersamaan aku terpilih sebagai perwakilah jurusan dalam acara Mahasiswa Berprestasi tahun 2011 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, penilaian untuk menjadi yang terbaik sungguh ketat, mulai dari IPK, Karya tulis, organisasi dan kegiatan kampus serta bahasa inggris. Sungguh peluh yang aku rasakan, karena saat itu aku juga sedang menyusun KTI sebagai syarat meraih gelar DIII Gizi. Namun semua memang harus aku hadapi saat itu, untuk mapres aku dibimbing oleh dosen prestasi dari jurusan Gizi yang saat ini sudah bergelar Doktor. Tepatnya Doktor Waryana nama beliau, bimbingan yang aku lakukan bersama beliau di lakukan malam hari di rumah beliau dan selama 10 hari aku jalani dengan mengendarai motor selama 30 menit menuju rumahnya di wilayah Bantul. Setelah melewati tahapan seleksi akirnya saat itu aku gagal memperjuangkan sebagai Mapres Utama yang berhak menuju Selekesi Nasional. Aku hanya berada posisi ke IV saat itu, dan sungguh menahan kecewa dengan semua yang sudah aku perjuangkan. Mungkin saat itu aku jatuh pada tes TOEFL, aku akui memang untuk mengerjakan tes seperti TOEFL aku sangat lemah karena bahasa inggris yang sudah tidak pernah digunakan lagi dan dipelajari lagi. 


Akhirnya saat itu aku bangkit karena aku harus memperjuangkan KTI menuju Wisudaku. Disaat waktu yang bersamaan, ILMAGI dan UNHAS mengadakan perlombaan KTI tingkat Mahasiswa Gizi Indonesia. Akhirnya aku beranikan untuk mengirimkan KTI Mapresku dalam perlombaan di Makassar. Alhamdulilah, aku bisa masuk dalam nominasi 5 besar dan berhak untuk presentasi di UNHAS. Saat itu yang menjadi juri adalah seoarang Professor Gizi dari Unhas, mahasiswa UNHAS memanggilnya Prof Acha/ Prof Abdul Razak Taha, Sp.GK. Aku bangga sekali bisa menyajikan hasil KTI di depan seorang pakar gizi, saat itu judul karya tulisku adalah  "Model Posyandu Swasembada Sebagai Upaya Menyelamatkan Anak-Anak Korban Bencana Gunung Merapi dari Loss Generation''. Saat pengumuman gemuruh hatiku riuh ria karena menadapatkan Juara ke II dalam perlombaan skala Nasional ini bahkan bisa mengungguli tingkat Mahasiswa Sarjana Gizi. Akhirnya tidak juara Mapres bisa juara II Nasional di UNHAS Makassar pula. Sambil menyelam minum air, karena banyak jalan menuju Roma bak pepatah klasik. Jiwa pantang menyerah ini lah yang aku sangat banggakan hinngga sekarang, karena sudah sering gagal sehingga aku tahu bagaimana caranya untuk bangkit dan bangkit kembali.

Gambar 3. Suasana Pantai Losari Makassar di waktu sore hari

 Gambar 4. Finalis LKTI PIMGI Unhas tahun 2011

Saat mengikuti acara seminar, aku tak menyangka bahwa yang menjadi pembicara adalah idola dan inspirasiku dalam dunia Gizi Indonesia, yaitu Bapak Prof. EM. Soekirman. Saat itu aku sempat melemparkan pertanyaan kepada beliau dan aku sempatkan untuk menyampaikan bahwa beliau adalah idola dan inspirasiku hingga sekarang. 

Gambar 5. Bersama Prof (Em) Soekirman, MPS

Aku ingin bercerita bahwa dibalik kesuksesan dalam lomba di Makassar saat itu adalah seorang motivator yang menuntunku untuk tidak pantang menyerah, seorang guru ilmu kehidupan. Beliau adalah Bapak Alhiko, MPH. Beliau adalah seoarang bapak yang super inspiratif, seorang penguat jiwa dan seoarang ustadz yang selalu mengajarkan banyak hal. Terimakasih Bapak Alhiko, aku banyak belajar dari segala hal dari beliau, sosok yang pantang menyerah dan kokoh. Hei aku juga mau menyapa Mb Astuti yang selalu memberiku semangat (staff di Pudir 3, Kemahasiswaan) hingga sekarang kami rajin berkomunikasi lewat BBM. Seorang kakak yang selalu membimbing adik-adiknya dan menguatkan juga ketika proposal LPJ aku dicoret-coret oleh Bapak Alhiko. Saat itu ruangan PUDIR III menjadi tempatku keseharian, kadang jika tidak ada kuliah, aku sempatkan bermain atau mungkin sedikit bercerita-cerita, bahkan aku pernah numpang ngeprint tugas disana sepertinya. 


Kembali ke bangku pendidikan Gizi, aku melakukan penelitian di salah satu Klinik Ibu Hamil di wilayah Godean. Namanya Klinik Nurani, penelitian KTI ini merupakan penelitian payung bersama temanku yang luar biasa. Sosok muslimah modern yang gigih dan selalu rendah hati. Lisana Shidiq Aliya namanya. Saat ini dia sedang ditimpa musibah, aku tahu bahwa dia habis kecelakaan mobil selepas wisuda Sarjana Gizinya. Lisa, Semoga lekas sembuh dan pulih ya Sobat sehingga bisa kembali berjuang dalam dunia pergizian Indonesia. Aamiin. Kembali pikiranku terpecah saat itu, karena KTI yang aku ajukan untuk mengikuti Lomba KTI UMAMI yang di selenggarakan PT Ajinomoto dan DPD Persagi DIY tembus untuk dipresentasikan. KTI dalam Lomba UMAMI saat itu berjudul "Tingkat Pengeahuan, Persepsi dan Perilaku Mahasiswa Gizi Praktek di RSUD dr Saiful Anwar", karena saat berlangsungnya lomba aku sedang PKL di Malang sehingga terpikirkan ide untuk meneliti mahasiswa yang sedang PKL. Karena "pengalaman adalah guru yang terbaik", Alhamdulilah aku menjuarai lomba tingkat provinsi DIY dan berhak mengikuti perlombaan Nasional di Surabaya dalam wkatu dekat dan bersaing dengan 9 finalis lainnya dari berbagai provinsi. Saat itu aku mendapatkan bimbingan intensif dengan salah satu Ahli Gizi Puskesmas yang juga sebagai Ketua DPC Persagi Sleman yang akan mendampingi aku dalam perlombaan di Surabaya. 


Akhirnya, sampai juga pada perlombaan di Surabaya, saat itu aku tidak berharap lebih karena memang aku mengganggap bisa sampai Nasional untuk kedua kalinya adalah sudah luar biasa. Saat itu yang menjadi juri kembali 3 orang pakar hebat (Prof Hardinsyah, Dr Atmarita, MPH, dan Prof. drh.Rizal Damanik,MSc). Aku mendapat presentasi dengan nomor urut ketiga, saat aku mulai mempresentasikan, aku awali dengan video wawancara dari salah satu mahasiswa yang turut bagian dalam penelitian. Setelah itu aku lanjutkan dengan pendahuluan hingga akhirnya sampai pada kesimpulan dan saran. Waktu 15 menit sepertinya tidak cukup untuk menjelaskan sedetail-detailnya KTI tersebut. Tahap tanya jawab berlangsung alot dan panel, bagaimana cara mengatasi stress dan nervous inilah yang menjadi pengalaman berharga saya. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa juri lomba tersebut adalah 3 orang pakar gizi Indonesia. Acara dilanjutkan dengan study comperative ke produk Ajinomoto di Mojokerto. Dari kunjungan ilmiah ini aku banyak belajar bahwa "kesempatan tidak akan pernah datang 2 kali", sehingga ketika kita berada pada kesempatan yang kita inginkan dan dambakan. Optimalkan !

Malam penganugerahan Pemenang digelar secara mewah dan meriah di Hotel Novotel Surabaya, Wow, luar biasa sajian, tata panggung, lighting, dan musik yang berpadu dengan warna merah membasahi pesta malam itu. Hadiah nya pun tak kalah besar, setiap finalis mendapatkan uang sebesar 3 juta rupiah dan 3 pemenang terbaik akan mendapatkan 1 unit Laptop HP. Saat pengumuman memang hati ini mendadak tak karuan, kami bersepuluh merasakan bahwa saat itu jantung seperti berdebar kencang. Terbaik I Lomba KTI adalah Yogyakarta (Sandy Ardiansyah), ya itu namaku. Aku heran saat itu, seorang teman dari Jakarta menepuk punggungku dan menyuruhku maju ke atas panggung. Ya Alloh, Terimakasih atas penghargaan ini. Akhirnya aku berhasil membanggakan kampus tercinta kembali dengan prestasi ini dan bisa memotivasi adik-adik tingkat untuk turut berprestasi.
Gambar 6. Berita pemenang LKTI Umami di Majalah Tempo

Aku kembali ke Jogja dan akhirnya aku menyelesaikan revisi demi revisi untuk KTI guna lulus sebagai Ahli Madya Gizi. Seminar Hasil aku hadapi dengan baik dan memuaskan, tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbingku saat itu Ibu Tri Siswati, SKM, M.Kes dan Ibu Dra. Elza Ismail, M.Kes dan teman sepayung serta pihak yang telah membantu hingga selesainya KTI yang berjudul "Faktor Risiko Asupan Fe, Inhibitor Kalsium dan Jarak Kelahiran Terhadap Kejadi Osteoporosis pada Ibu Hamil". Perjalanan tidak berhenti sampai disana, akhirnya aku ajukan KTI ini sebagai presentasi oral pada Simposium Gizi Nasional di FK UGM dan Puji Syukur akhirnya aku terpilih sebagai salah satu penyaji. Sungguh luar biasa bisa berbicara menyajikan hasil penelitian di Kampus FK PS Gizi Kesehatan UGM. 


Cerita di Jogja aku tutup dengan hari Wisudaku, dimana aku bisa mengenakan toga dan melihat wajah keluaga terutama orang tuaku berdenyut bangga dengan apa yang sudah dihasilkan oleh anaknya. Menjadi Ahli Madya Gizi yang Istimewa !


Cerita yang sudah aku paparkan mungkin tidaklah sesempurna sorang penulis handal dan motivator ulung. Namun pesan yang ingin saya sampaikan adalah dimana seseorang mempunyai niat, dan mimpi yang tinggi. Maka perjuangan keraslah yang harus dilakukan dan tetap terus Berdoa dan bersyukur atas Karunia Allah SWT.  Cerita diatas sebenarnya secara pribadi aku tunjukkan pada diri ini yang sudah mulai goyah. Aku ingin membangkitkan jiwa ini agar bisa berkarya dan berprestasi mengggapai mimpi sebagai seorang agent of change dan agent of development. Menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang-orang disekelilingku dan masyarakat yang sosialis. Aku ingin mewujudkan mimpiku menjadi seorang Penulis, Iya seorang Penulis yang akan berjuang untuk menyelesaikan buku-buku yang sudah dipaparkan di atas tulisan ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi pembangkit jiwa prestasi dalam karya keabadian.


Penukan Abab Lematang Ilir, Sumsel. 26 April 2014
Sandy Ardiansyah