Beranda

Sunday 25 January 2015

PENTINGNYA AKTIVITAS FISIK DAN BERAT BADAN NORMAL



Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolism untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2002).
Aktivitas fisik menjadi salah satu indikator pencapaian gizi. Intensitas aktivitas fisik secara khusus digolongkan menjadi aktivitas ringan, sedang, dan berat yang didasarkan pada jumlah usaha atau energi yang digunakan seseorang untuk melakukan aktivitas. Berikut merupakan salah satu kategori aktivitas fisik seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkiraan pengeluaran energi berbagai aktivitas
No
Aktivitas
Kategori Aktivitas
1
Tidur, berbaring
Istirahat
2
Berjalan dengan kecepatan 2,5 – 3,0 mil/jam, membersihkan rumah, mengasuh anak, bekerja di restaurant, mengetik, menjahit, dan memasak
Aktivitas Ringan
3
Berjalan 3,5 – 4 mil/jam, mencangkul, membawa beban, bersepeda, bermain tenis, menari
Aktivitas Sedang
4
Berjalan dengan beban yang berat, menebang pohon, menggali, sepak bola, pekerja bangunan
Aktivitas Berat
Sumber : Durnin dan Passmore (1967) dan WHO (1985) diacu dalam Subcommitte  of the RDAs (1989)

Ada hubungan antara melakukan kegiatan fisik dengan penurunan berat badan atau mempertahankan berat badan menuju normal. Berat badan menjadi indicator dalam penentuan status gizi. Status gizi dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu konsumsi pangan, antroponetri, biokimia, dan klinis.  Antropometri merupakan salah satu metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung.  Pengukuran antropometri ini berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.  Berbagai parameter atau jenis ukuran tubuh yang digunakan sebagai indikator status gizi seperti umur, berat badan, tinggi badan. Antropometri menggambarkan ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.  Gangguan keteidakseimbangan terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, dan otot (Supariasa, dkk, 2012).
Indikator yang digunakan dalam pengukuran antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan.  Menurut Arisman (2004), berat badan dan tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan.  Keadaan pertumbuhan sangat erat hubungannya dengan masalah konsumsi energi dan protein.  Lebih lanjut, berat badan erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Orang yang rutin melakukan olahraga biasanya memiliki berat badan normal. Sebaliknya, orang yang jarang beraktivitas biasanya memiliki berat badan lebih (overweight) hingga obesitas. Setiap orang selalu menginginkan berat badan ideal atau normal. Cara nya untuk mempertahankan berat tubuh ideal adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Berikut merupakan cara pengukuran status gizi melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian dikelompokkan berdasarkan status gizi sebagai berikut rumus untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) :



IMT      =         Berat badan (kg)
Tinggi Badan2 (m)

 


           
 Indeks massa tubuh (IMT) dikategorikan sesuai dengan kriteria menurut Depkes RI (2004) :
Berat badan kurang tingkat berat      : IMT<17 span="">
Berat badan kurang tingkat ringan     : IMT 17,0 – 18,4
Berat badan normal                          : IMT 18,5 – 25,0
Berat badan lebih tingkat tingan        : IMT 25,1 – 27,0
Berat badan lebih tingkat berat          : IMT > 27,0

Akhirnya dengan memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat berprinsip gizi seimbang serta dengan visualisasi tumpeng gizi seimbang merupakan salah satu upaya mencapai dan mempertahankan derajat kesehatan yang optimal.

Gambar 1. Tumpeng Gizi Seimbang


Referensi :
1. Arisman, D. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia.
3. Pedoman Gizi Seimbang 2014. Kementerian Kesehatan RI.
4. Supariasa, I.D.N., Ibnu F, dan Bachyar B. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

No comments:

Post a Comment