Beranda

Sunday, 6 November 2016

“Bagar Hiu” Olahan Hasil Laut Khas Bumi Rafflesia

Dokumentasi : Bagar Hiu (Koleksi Pribadi, 2016)


Ketika mendengar kata “Hiu”, maka anggapannya adalah seekor pemangsa dan predator karnivora yang hidup di lautan lepas sehingga tidak terpikir jika hiu dapat dijadikan sebagai masakan olahan. Lebih lanjut, mungkin selama ini kita hanya mengetahui olahan hiu yaitu Sup Sirip Ikan hiu. Tapi Tahukah Anda ? Bumi Rafflesia mempunyai olahan berbahan dasar ikan hiu dan merupakan salah satu hidangan favorit Presiden Pertama, Ir. Soekarno saat beliau dalam masa pengasingan pada tahun 1938 – 1942 hingga akhirnya bertemu dengan wanita asli Bengkulu yang merupakan penjahit Sang Saka Merah Putih, Ibu Fatmawati.
Nama bagar hiu begitu populer di Bengkulu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Bagar memiliki arti gulai daging yang tidak bersantan. Secara visual memang olahan hasil laut ini  memang tidak terlalu menggugah selera. Tetapi jika lidah sudah menyantapnya, hanya ada istilah ketagihan untuk olahan hasil laut khas Bumi Rafflesia ini. Secara sekilas memang tampak seperti masakan rendang. Namun bedanya dbagar hiu tida menggunakan santan sehingga bagi konsumen yang menghindari Kolesterol dapat mencoba olahan hasil laut ini. Untuk membuatnya tidaklah mudah. Di bawah ini akan saya bagikan Resep dan  praktik bagaimana cara pengolahan Bagar Hiu Khas Bengkulu :

Resep Bagar Hiu
“ Bagar Hiu ”
Ø Alat
1)      Pisau                                        6)   Wajan
2)      Talenan                                    7)   Spatula
3)      Timbangan                              8)   Gelas
4)      Baskom                                   9)   Nampan
5)      Cobek                                      10) Piring Saji

ØBahan









 1)   Bahan Inti / dasar:
1)   1 Kg Daging ikan hiu
2)   1/4 Kg Cabe merah halus ( menurut selera )
3)   1 ons Cabe rawit halus
4)   Jeruk nipis (secukupnya)
2)   Bumbu:
1)         1 sdm Cengkeh
2)         1 btr Pala
3)         1 sdm Kayu manis
4)         1/2 kg Kelapa goreng
5)         1 sdm Kapulaga
6)         1 sdm Ketumbar
7)         2 ptg Asam jawa
8)         1/2 ons Jahe halus
9)         1 ons Laos halus
10)     1 sdt Kunyit halus
11)     1 ons Iris Bawang merah
12)     1 ons Iris Bawang putih
13)     1 ruas Serai

Ø Prosedur Pembuatan


Bersihkan dan sortasi daging ikan hiu.

Untuk menghilangkan bau amis pada ikan hiu, harus dibersihkan dengan jeruk nipis. Setelah itu, direbus kurang lebih 10 menit untuk mengempukkan daging ikan.


Kelapa parut yang sudah di sangria kemudian dihaluskan
Haluskan bumbu-bumbu dasar seperti laos, kunyit, kemiri, serai, ketumbar, kayu manis, jahe, asam Jawa, pala, cengkeh dan banyak lagi bumbu tambahan. Serta haluskan cabai merah.
Potong tipis bawang merah, bawang putih dan daun bawang.

Tumis bawang merah dan bawang putih sampai wangi dan masukkan kelapa parut sangrai yang sudah dihaluskan.



Masukkan daun serai yang sudah di memarkan dan daun jeruk nipis
Masukkan ikan hiu yang sudah di bersihkan, beri air secukupnya (+3 gelas) dan masak kurang lebih 15 menit hingga bumbu-bumbu meresap kedalam ikan hiu.

Bagar Ikan hiu siap disantap bersama dengan nasi putih hangat.

Berdasarkan hasil pengolahan Bagar Hiu, diperoleh jumlah kalori dengan menggunakan program Nutrisurvey dibantu dengan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) dan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) adalah 43,7 Kalori / porsi dengan berat 50 gram / porsi

Ø Porsi
Berat 1 Porsi                       : 50 gram / porsi
Energi 1 Porsi                     : 43,7 Kalori / porsi

Ø Kandungan Gizi / porsi
a)    Makro Nutrient
Protein
Lemak
Karbohidrat
8,34 gr
0,25 gr
1,75 gr

b)   Mikro Nutrient
Kalsium (Ca)
Fosfor (P)
Besi (Fe)
Vit. A
Vit. B
Vit. C
15,08 mg
89,32 mg
0,51 mg
92,8 RE
0,02 mg
5,58 mg

Protein yang tinggi pada hasil olahan Bagar Hiu (8,34 gram) menunjukkan bahwa protein pada hasil olahan bermutu lengkap dan tinggi, karena tersusun atas asam-asam amino essesnsial yang lengkap yang susunannya mendekati apa yang diperlukan oleh tubuh sebagaimana fungsi dari protein itu sendiri sebagai zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh (Muchtadi, 2010). Lebih lanjut sebagai zat pembangun, fungsinya adalah membentuk jaringan tubuh yang baru, disamping juga memelihara jaringan yang telah ada dan mengganti bagian yang aus atau rusak (Warsito, dkk, 2015). Berdasarkan AKG tahun 2012, kebutuhan Protein yang dianjurkan untuk dewasa adalah berkisar 56 - 62 gram/hari.
  
Hasil kandungan gizi di atas menunjukkan bahwa Bagar Hiu yang merupakan lauk hewani dapat dijadikan salah satu hasil olahan laut yang dapat dikonsumsi karena tinggi kandungan protein, rendah lemak dan kaya akan gizi mikro dalam setiap porsinya.Bagar Hiu, olahan hasil laut khas Bumi Rafflesia.

Sumber Data 
http://www.merdeka.com/peristiwa/di-pengasingan-bengkulu-soekarno-gemar-santap-bagar-hiu.html
http://www.duniakuliner.info/2011/08/resep-bagar-hiu.html
http://kbbi.web.id/bagar
Buku Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)  
Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI)
Muchtadi, Deddy. 2010. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Alfabeta : Bandung
Warsito, Rindiani, Nurdyansyah, F. 2015. Ilmu Bahan Makanan Dasar. Numed : Yogyakarta.



 

#JelajahGizi #JelajahGiziMinahasa #NutrisiUntukBangsa #Sarihusada 







Jelajah Gizi , Jelajah Gizi Minahasa, Sarihusada, Nutrisi Untuk Bangsa - See more at: http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Jelajah-Gizi-4-Membedah-Nilai-Gizi-Masakan-Minahasa#sthash.FsJme1Wx.dpuf

Jelajah Gizi , Jelajah Gizi Minahasa, Sarihusada, Nutrisi Untuk Bangsa - See more at: http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Jelajah-Gizi-4-Membedah-Nilai-Gizi-Masakan-Minahasa#sthash.FsJme1Wx.dpuf

Tuesday, 12 January 2016

Abstrak PAGD III tahun 2015

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (NUTRITION CARE PROCESS) PADA PASIEN HIPOTIROID DI KLINIK BP2 GAKI MAGELANG

Sandy Ardiansyah
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Bengkulu (sandy_ahligizi@ymail.com)
ABSTRAK
Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua setelah besi yang penting dibutuhkan bagi kesehatan. Sumber iodium pada dasarnya disumbang secara alamiah oleh alam yaitu air dan tanah. Namun pada daerah dataran tinggi sering terjadi permasalahan defisiensi iodium. Penentuan permasalahan gangguan kekurangan iodium diawali dengan melakukan skrining neonates. Hipotiroid kongenital (HK) merupakan kelainan bawaan, yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hormon tiroid esensial untuk perkembangan otak, risiko terbesar bila tidak diobati adalah gangguan kognitif dan psikomotor yang irreversible, yaitu disabilitas intelektual. Keadaan ini dapat dikenali dengan pemeriksaan kadar T4 dan Thyroid Stimulating Hormone. Studi kasus pasien hipotiroid dilakukan secara mendalam dengan penerapan proses asuhan gizi terstandar/Nutrition Care Process yang terdiri dari pengkajian/assessment, menentukan diagnosa gizi sesuai dengan masalah yang ditemukan, melakukan perencanaan intervensi dan monitoring serta evaluasi pada pasien rawat jalan di Klinik GAKI Borobudur Mageleng yang menderita hipotiroid. Penelusuran pasien hipotiroid dengan studi observasi di wilayah tinggal pasien/home visite. Hasil analisa pola konsumsi didapatkan bahwa asupan konsumsi  pasien sangat kurang untuk bahan makanan yang mengandung iodium. Lebih lanjut, hasil recall sehari menunjukkan masih berada di bawah batas kebutuhan yang dianjurkan  pada pasien untuk energi dan zat gizi makro. Oleh karena itu, penyelesaian kasus hipotiroid dengan penerapan proses asuhan gizi terstandar/NCP dapat menjadi penyelesaian masalah gizi khususnya kekurangan iodium. Anjuran pada keluarga pasien untuk tetap mengkonsumsi makanan beriodium dan perlu diperhatikan pemilihan bahan makanan yang sesuai untuk penderita hipotiroid yaitu bahan makanan yang yang tinggi Iodium dan menghindari konsumsi bahan pangan goitrogenik.

Kata Kunci : Hipotiroid, PAGT, Nutrition Care Process, T4, TSH