Ketika ditanya tentang makanan pokok bangsa,
maka Indonesia akan menjawab dengan lantang : “Beras = Nasi”. Memang tidaklah salah,
karena menurut data BPS tahun 2011, konsumsi beras per kapita nasional sebesar
139,15 kg/kapita/tahun. Jika angka tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk
sebesar 242,3 juta jiwa, maka angka kebutuhan beras nasional mencapai 33,72
juta ton/tahun. Kebutuhan yang sangat tinggi ini tidak didukung dengan produksi
beras lokal sehingga untuk menutup defisit ini pemerintah melakukan impor
beras. Miris rasanya, Negara yang kaya sumber daya alam dan pertanian harus
melakukan impor beras.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut,
diperlukan penggalakkan program intensifikasi dan ekstensifikasi padi serta
melakukan program diversifikasi dan pengembangan potensi pangan lokal sebagai
pengganti beras, sehingga hal ini dapat mewujudkan keanekaragaman makanan pokok
dan menghilangkan candu konsumsi beras setiap harinya.
Muncul banyak gerakan yang mengisyaratkan
program diversifikasi makanan pokok, baik di tingkat pemerintahan maupun
daerah. Misalnya : “One Day No Rice”, gerakan
ini diprakarsai oleh Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma’il, M.Sc. Beliau
menyatakan bahwa ungkapan orang Indonesia yang menyatakan “belum makan kalau
belum makan nasi” dapat diubah karena mindset ini sudah tidak bias dilakukan mengingat
banyaknya variasi bahan pangan yang dapat dikonsumsi selain permasalahan
ekonomi dan pertumbuhan produksi pada beras itu sendiri.
Gambar 1. Slogan One Day No Rice
Selain dari tingkat pemerintahan, muncul dari
tingkat organisasi mahasiswa bidang pangan (HMPPI) dengan gerakan Singkong Day. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk menstimulus
masyarakat dalam berpikir dan bertindak dewasa dalam memanfaatkan kembali
pangan lokal di Indonesia sebagai kekayaan bangsa yang selama ini tidak
termanfaatkan dengan baik, agar meningkatkan ketahanan pangan masyarakat indonesia sekaligus meningkatkan
diversifikasi pangan di Indonesia.
Gambar 2. Singkong Day
Sebagai bahan pangan yang dimaksudkan untuk makanan pokok,
ada banyak pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat yang
merupakan hasil sumber daya lokal. Berikut adalah beberapa jenis bahan pangan
berupa umbi-umbian yang kandungan karbohidratnya sama dengan nasi bahkan,
terhitung lebih sehat daripada nasi yang memiliki kandungan indeks glikemiks tinggi.
1. Ubi Kayu (Singkong)
Ubi
kayu atau dikenal masyarakat sebagai singkong merupakan salah satu pangan
sumber karbohidrat yang banyak diproduksi di Indonesia. Ada banyak olahan
singkong, salah satunya adalah thiwul. Makanan khas Gunung Kidul, DIY berbahan
dasar ketela pohon atau singkong yang mempunyai rasa unik dan berbeda dengan
nasi putih, serta dapat di konsumsi dalam berbagai sajian. Seperti
menghidangkan dengan campuran parutan kelapa dan gula merah, selain itu nasi thiwul
juga bisa langsung di konsumsi dengan sajian lauk pauk lainya.
Gambar 3. Thiwul
Singkong
pada dasarnya memiliki kandungan energi yang cukup tinggi sehingga dapat
dikonsumsi sebagai makanan pokok. Di samping itu, singkong juga mempunyai indek
glikemiks (IG) rendah sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes. Lebih
lanjut, pati singkong tidak mengandung gluten
sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita autis.
Gambar 4. Kandungan Gizi Singkong
(www.singkongday.com)
2. Jagung
Jagung
atau dikenal dengan nama latin Zea Mays L merupakan merupakan tanaman
jenis padi-padian (serealia). Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang yang
berhawa sedang dan panas sebagai tanaman bahan makanan dan bahan pakan ternak.
Hingga saat ini, jagung masih dapat ditemui sebagai makanan pokok di beberapa
daerah, seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, serta beberapa wilayah Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
Sebagai
makanan pokok, jagung biasanya dikonsumsi dalam bentuk nasi jagung. Masyarakat
Indonesia di berbagai wilayah, mengonsumsi jagung dengan cara yang berbeda-beda.
Di Nusa Tenggara Timur terdapat makanan khas yang berasal dari jagung dikenal
nasi bose (biasanya dicampur dengan kacang tunggak).
Gambar 5. Jagung Bose Khas NTT
Sementara itu, di daerah Sulawesi dikenal bassang yaitu
makanan khas etnis Bugis-Makassar yang berupa bubur jagung. Masyarakat
Gorontalo sudah sangat familiar dengan binte biluhuta, yaitu berupa sup jagung
bening yang dibuat dari jagung muda.
Gambar
6. Binte Biluhuta Khas Gorontalo
3. Sagu
Sagu
(pati sagu) merupakan salah satu makanan pokok daerah di Indonesia Timur
(Papua, Maluku, Sulawesi Utara, dan beberapa daerah di Nusa Tenggara). Konsumsi
sagu sebagai makanan pokok dalam bentuk makanan tradisional, seperti papeda,
kapurung, sagu bakar, dan lain-lain. Saat ini, sebagian besar masyarakat Maluku
dan Papua masih menggunakan sagu sebagai makanan pokok sebagai makanan
sehari-harinya.
Gambar
7. Papeda
Di wilayah
sumatera juga dijumpai sagu yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk olahan lain
seperti kue bangkit, laksa sagu, dan sagu embel.
Gambar 8. Laksa Sagu
Berbagai
manfaat mengonsumsi aneka makanan yang berasal dari sagu, selain dapat mengenyangkan,
tapi tidak menyebabkan kegemukan, mencegah sembelit dan mencegah resiko kanker
usus, memperlambat kadar glukosa dalam darah karena indeks glikemiksnya rendah
sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes.
4.
Ganyong
Ganyong
(Canna Edulis Kerr) merupakan tanaman herbal yang berasal dari Amerika
Selatan. Seiring dengan perkembangannya, tanaman ini menyebar ke berbagai
daerah di dunia. Di Indonesia, dikenal dua varietas ganyong, yaitu ganyong
merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun, dan
pelepah yang berwarna hijau atau ungu. Sementara ganyong putih memiliki warna
batang, daun, dan pelepah berwarna hijau, serta sisik umbinya berwarna
kecokelatan.
Ganyong
merupakan tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat. Umbinya yang
berasal dari tanaman yang sudah dewasa dapat dimakan dengan diolah terlebih
dahulu atau diambil patinya.
Gambar
9. Ganyong
5.
Garut
Garut
merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang potensial untuk dikembangbiakkan.
Umbi garut memiliki kadar pati yang cukup tinggi sehingga tidak kalah dengan
jenis umbi-umbian lain. Pati garut mempunyai tekstur yang sangat halus dan
mudah dicerna karena disusun oleh amilosa dan amilopektin sehingga dapat dibuat
sebagai campuran produk yang menggunakan tepung ubi kayu, seperti cendol dan
kerupuk. Selain itu, dapat juga dibuat sebagai campuran pembuatan produk yang
memakai campuran bahan lain seperti udang, ikan, pempek, sohun, dodol jenang,
kue dadar, kue semprit, mie, roti, dan aneka kue tradisional lain.
Gambar 10. Garut
6.
Gadung
Gadung
merupakan tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat
perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, tetapi mengandung racun
yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila tidak benar pengolahannya.
Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik meskipun rebusan
gadung juga banyak dimakan. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi)
sehingga di Malaysia dikenal juga dengan nama ubi arak, selain taring pelandok.
Gambar 11. Gadung
7.
Gembili
Gembili
adalah jenis umbi yang merambat dengan daun berwarna hijau dan batang
agak berduri. Buahnya menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan
orang dewasa. Berwarna coklat muda dengan kulit tipis. Umbinya cukup besar.
Kulit umbinya agak getas, tetapi tipis seperti kulit kayu. Umbi gembili apabila
dikukus atau direbus sangat gurih, empuk, gembur, dan enak. Gembili juga tidak
beracun seperti gadung, juga tidak gatal seperti talas. Umbi gembili tahan
disimpan cukup lama. Di tempat terbuka, gembili akan awet 2-3 bulan. Tanaman
ini sangat produktif. Satu butir umbi gembili mampu menghasilkan 10-20 kilogram
umbi selama kira-kira 6 bulan.
Gambar 12. Gembili
8.
Uwi
Uwi
atau ubi kelapa merupakan sejenis umbi-umbian pangan. Uwi adalah tumbuhan
merambat dan memiliki banyak sekali jenisnya. Kebanyakan dimanfaatkan untuk
bahan pangan. Beberapa jenis lainnya digunakan untuk kebutuhan nonpangan,
seperti untuk tanaman obat tradisional, pestisida, dan pewarna pakaian.
Gambar 13. Uwi
9. Ubi Jalar
Ubi
jalar memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya vitamin dan mineral. Ubi ini juga
relatif tahan lama dan jika disimpan lebih lama rasanya akan semakin manis.
Selain itu, ubi jalar juga sangat potensial jika dikembangkan untuk
penganekaragaman konsumsi pangan. Ubi jalar dapat dikonsumsi dalam bentuk
makanan tradisional saja seperti ubi goreng, ubi rebus, kolak, getuk, dan
keripik. Ada berbagai macam jenis ubi jalar, dapat dilihat dari warna umbi
yaitu ungu, oranye, dll.
Gambar 14. Ubi Jalar Ungu
10. Talas
Talas
(Colocasia sp.) adalah umbi pokok yang terdapat di bawah batang. Talas
dapat tumbuh di tempat berair sehingga dapat ditanam di pinggir selokan, di
pinggir empang, pematang sawah, dan pinggiran kali. Manfaat utama talas adalah
sebagai bahan makanan pokok juga diolah menjadi makanan, seperti talas goreng,
keripik talas, dan kue talas.
Gambar
15. Talas
Selain
beberapa jenis umbi-umbian tersebut, masih ada puluhan jenis umbi-umbian
lainnya yang tersebar di Indonesia. Selain sebagai sumber karbohidrat,
umbi-umbian dan buah-buahan ini juga dapat dinikmati sebagai makanan pokok yang
dapat dikonsumsi dengan tambahan lauk pauk.
Namun
konsumsi makanan pokok yang tujuan diversifikasi ini harus diseimbangkan dengan
kalori yang harus dipenuhi setiap harinya. Tidak kekurangan dan tidak pula
berlebihan, karena dapat menimbulkan permasalahan gizi. Kembali lagi
pengetahuan mengenai variasi konsumsi bahan pangan tingkat rumah tangga harus
dipenuhi sehingga dapat memenuhi standar gizi yang cukup sesuai dengan pola
makan gizi seimbang.
Referensi :
1.
Isma’il,
Nur M. 2013. Majalah Tanhas Edisi 95. Gerakan One Day No Rice (ODNR).
2.
Pedoman
Gizi Seimbang 2014. Kementerian Kesehatan RI.
3.
http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2014/06/02/yuk-mengenal-aneka-pangan-pengganti-nasi-659260.html.
Diakses 19 Januari 2015 ; 19.00
4.
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/09/30/singkong-day-mari-makan-singkong-497766.html
Diakses 19 Januari 2015 ; 19.10
No comments:
Post a Comment