Beranda

Monday, 19 January 2015

Mengenal Aneka Makanan Pokok, Hilangkan Candu Nasi



        Ketika ditanya tentang makanan pokok bangsa, maka Indonesia akan menjawab dengan lantang : “Beras = Nasi”. Memang tidaklah salah, karena menurut data BPS tahun 2011, konsumsi beras per kapita nasional sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Jika angka tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk sebesar 242,3 juta jiwa, maka angka kebutuhan beras nasional mencapai 33,72 juta ton/tahun. Kebutuhan yang sangat tinggi ini tidak didukung dengan produksi beras lokal sehingga untuk menutup defisit ini pemerintah melakukan impor beras. Miris rasanya, Negara yang kaya sumber daya alam dan pertanian harus melakukan impor beras.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, diperlukan penggalakkan program intensifikasi dan ekstensifikasi padi serta melakukan program diversifikasi dan pengembangan potensi pangan lokal sebagai pengganti beras, sehingga hal ini dapat mewujudkan keanekaragaman makanan pokok dan menghilangkan candu konsumsi beras setiap harinya.
Muncul banyak gerakan yang mengisyaratkan program diversifikasi makanan pokok, baik di tingkat pemerintahan maupun daerah. Misalnya : “One Day No Rice”, gerakan ini diprakarsai oleh Walikota Depok H. Nur Mahmudi Isma’il, M.Sc. Beliau menyatakan bahwa ungkapan orang Indonesia yang menyatakan “belum makan kalau belum makan nasi” dapat diubah karena mindset ini sudah tidak bias dilakukan mengingat banyaknya variasi bahan pangan yang dapat dikonsumsi selain permasalahan ekonomi dan pertumbuhan produksi pada beras itu sendiri.

 

Gambar 1. Slogan One Day No Rice
Selain dari tingkat pemerintahan, muncul dari tingkat organisasi mahasiswa bidang pangan (HMPPI) dengan gerakan Singkong Day. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk menstimulus masyarakat dalam berpikir dan bertindak dewasa dalam memanfaatkan kembali pangan lokal di Indonesia sebagai kekayaan bangsa yang selama ini tidak termanfaatkan dengan baik, agar meningkatkan ketahanan pangan masyarakat indonesia sekaligus meningkatkan diversifikasi pangan di Indonesia.

Gambar 2. Singkong Day

Sebagai bahan pangan yang dimaksudkan untuk makanan pokok, ada banyak pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat yang merupakan hasil sumber daya lokal. Berikut adalah beberapa jenis bahan pangan berupa umbi-umbian yang kandungan karbohidratnya sama dengan nasi bahkan, terhitung lebih sehat daripada nasi yang memiliki kandungan indeks glikemiks tinggi. 

1.    Ubi Kayu (Singkong)
Ubi kayu atau dikenal masyarakat sebagai singkong merupakan salah satu pangan sumber karbohidrat yang banyak diproduksi di Indonesia. Ada banyak olahan singkong, salah satunya adalah thiwul. Makanan khas Gunung Kidul, DIY berbahan dasar ketela pohon atau singkong yang mempunyai rasa unik dan berbeda dengan nasi putih, serta dapat di konsumsi dalam berbagai sajian. Seperti menghidangkan dengan campuran parutan kelapa dan gula merah, selain itu nasi thiwul juga bisa langsung di konsumsi dengan sajian lauk pauk lainya.

Gambar 3. Thiwul

Singkong pada dasarnya memiliki kandungan energi yang cukup tinggi sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok. Di samping itu, singkong juga mempunyai indek glikemiks (IG) rendah sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes. Lebih lanjut, pati singkong tidak mengandung gluten sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita autis.
Gambar 4. Kandungan Gizi Singkong (www.singkongday.com)
2.    Jagung
Jagung atau dikenal dengan nama latin Zea Mays L merupakan merupakan tanaman jenis padi-padian (serealia). Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang yang berhawa sedang dan panas sebagai tanaman bahan makanan dan bahan pakan ternak. Hingga saat ini, jagung masih dapat ditemui sebagai makanan pokok di beberapa daerah, seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, serta beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebagai makanan pokok, jagung biasanya dikonsumsi dalam bentuk nasi jagung. Masyarakat Indonesia di berbagai wilayah, mengonsumsi jagung dengan cara yang berbeda-beda. Di Nusa Tenggara Timur terdapat makanan khas yang berasal dari jagung dikenal nasi bose (biasanya dicampur dengan kacang tunggak). 

Gambar 5. Jagung Bose Khas NTT

Sementara itu, di daerah Sulawesi dikenal bassang yaitu makanan khas etnis Bugis-Makassar  yang berupa bubur jagung. Masyarakat Gorontalo sudah sangat familiar dengan binte biluhuta, yaitu berupa sup jagung bening yang dibuat dari jagung muda.

Gambar 6. Binte Biluhuta Khas Gorontalo

3.    Sagu
Sagu (pati sagu) merupakan salah satu makanan pokok daerah di Indonesia Timur (Papua, Maluku, Sulawesi Utara, dan beberapa daerah di Nusa Tenggara). Konsumsi sagu sebagai makanan pokok dalam bentuk makanan tradisional, seperti papeda, kapurung, sagu bakar, dan lain-lain. Saat ini, sebagian besar masyarakat Maluku dan Papua masih menggunakan sagu sebagai makanan pokok sebagai makanan sehari-harinya.

Gambar 7. Papeda

Di wilayah sumatera juga dijumpai sagu yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk olahan lain seperti kue bangkit, laksa sagu, dan sagu embel.

Gambar 8. Laksa Sagu
Berbagai manfaat mengonsumsi aneka makanan yang berasal dari sagu, selain dapat mengenyangkan, tapi tidak menyebabkan kegemukan, mencegah sembelit dan mencegah resiko kanker usus, memperlambat kadar glukosa dalam darah karena indeks glikemiksnya rendah sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes.

4.    Ganyong
Ganyong (Canna Edulis Kerr) merupakan tanaman herbal yang berasal dari Amerika Selatan. Seiring dengan perkembangannya, tanaman ini menyebar ke berbagai daerah di dunia. Di Indonesia, dikenal dua varietas ganyong, yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun, dan pelepah yang berwarna hijau atau ungu. Sementara ganyong putih memiliki warna batang, daun, dan pelepah berwarna hijau, serta sisik umbinya berwarna kecokelatan.
Ganyong merupakan tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat. Umbinya yang berasal dari tanaman yang sudah dewasa dapat dimakan dengan diolah terlebih dahulu atau diambil patinya. 

Gambar 9. Ganyong

5.    Garut
Garut merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang potensial untuk dikembangbiakkan. Umbi garut memiliki kadar pati yang cukup tinggi sehingga tidak kalah dengan jenis umbi-umbian lain. Pati garut mempunyai tekstur yang sangat halus dan mudah dicerna karena disusun oleh amilosa dan amilopektin sehingga dapat dibuat sebagai campuran produk yang menggunakan tepung ubi kayu, seperti cendol dan kerupuk. Selain itu, dapat juga dibuat sebagai campuran pembuatan produk yang memakai campuran bahan lain seperti udang, ikan, pempek, sohun, dodol jenang, kue dadar, kue semprit, mie, roti, dan aneka kue tradisional lain. 

Gambar 10. Garut

6.    Gadung
Gadung merupakan tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, tetapi mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila tidak benar pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik meskipun rebusan gadung juga banyak dimakan. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal juga dengan nama ubi arak, selain taring pelandok.

Gambar 11. Gadung

7.    Gembili
Gembili adalah  jenis umbi yang merambat dengan daun berwarna hijau dan batang agak berduri. Buahnya menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa. Berwarna coklat muda dengan kulit tipis. Umbinya cukup besar. Kulit umbinya agak getas, tetapi tipis seperti kulit kayu. Umbi gembili apabila dikukus atau direbus sangat gurih, empuk, gembur, dan enak. Gembili juga tidak beracun seperti gadung, juga tidak gatal seperti talas. Umbi gembili tahan disimpan cukup lama. Di tempat terbuka, gembili akan awet 2-3 bulan. Tanaman ini sangat produktif. Satu butir umbi gembili mampu menghasilkan 10-20 kilogram umbi selama kira-kira 6 bulan.

Gambar 12. Gembili

8.     Uwi
Uwi atau ubi kelapa merupakan sejenis umbi-umbian pangan. Uwi adalah tumbuhan merambat dan memiliki banyak sekali jenisnya. Kebanyakan dimanfaatkan untuk bahan pangan. Beberapa jenis lainnya digunakan untuk kebutuhan nonpangan, seperti untuk tanaman obat tradisional, pestisida, dan pewarna pakaian.

Gambar 13. Uwi

9.    Ubi Jalar
Ubi jalar memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya vitamin dan mineral. Ubi ini juga relatif tahan lama dan jika disimpan lebih lama rasanya akan semakin manis. Selain itu, ubi jalar juga sangat potensial jika dikembangkan untuk penganekaragaman konsumsi pangan. Ubi jalar dapat dikonsumsi dalam bentuk makanan tradisional saja seperti ubi goreng, ubi rebus, kolak, getuk, dan keripik. Ada berbagai macam jenis ubi jalar, dapat dilihat dari warna umbi yaitu ungu, oranye, dll.

Gambar 14. Ubi Jalar Ungu

10. Talas
Talas (Colocasia sp.) adalah umbi pokok yang terdapat di bawah batang. Talas dapat tumbuh di tempat berair sehingga dapat ditanam di pinggir selokan, di pinggir empang, pematang sawah, dan pinggiran kali. Manfaat utama talas adalah sebagai bahan makanan pokok juga diolah menjadi makanan, seperti talas goreng, keripik talas, dan kue talas.

Gambar 15. Talas

Selain beberapa jenis umbi-umbian tersebut, masih ada puluhan jenis umbi-umbian lainnya yang tersebar di Indonesia. Selain sebagai sumber karbohidrat, umbi-umbian dan buah-buahan ini juga dapat dinikmati sebagai makanan pokok yang dapat dikonsumsi dengan tambahan lauk pauk.
Namun konsumsi makanan pokok yang tujuan diversifikasi ini harus diseimbangkan dengan kalori yang harus dipenuhi setiap harinya. Tidak kekurangan dan tidak pula berlebihan, karena dapat menimbulkan permasalahan gizi. Kembali lagi pengetahuan mengenai variasi konsumsi bahan pangan tingkat rumah tangga harus dipenuhi sehingga dapat memenuhi standar gizi yang cukup sesuai dengan pola makan gizi seimbang.

Referensi :
1.    Isma’il, Nur M. 2013. Majalah Tanhas Edisi 95. Gerakan One Day No Rice (ODNR).
2.    Pedoman Gizi Seimbang 2014. Kementerian Kesehatan RI.

No comments:

Post a Comment