Aktivitas
fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama
melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolism untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan
sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa
banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang
dilakukan (Almatsier, 2002).
Aktivitas
fisik menjadi salah satu indikator pencapaian gizi. Intensitas aktivitas fisik
secara khusus digolongkan menjadi aktivitas ringan, sedang, dan berat yang
didasarkan pada jumlah usaha atau energi yang digunakan seseorang untuk
melakukan aktivitas. Berikut merupakan salah satu kategori aktivitas fisik
seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel
1. Perkiraan pengeluaran energi berbagai aktivitas
No
|
Aktivitas
|
Kategori Aktivitas
|
1
|
Tidur,
berbaring
|
Istirahat
|
2
|
Berjalan
dengan kecepatan 2,5 – 3,0 mil/jam, membersihkan rumah, mengasuh anak,
bekerja di restaurant, mengetik, menjahit, dan memasak
|
Aktivitas
Ringan
|
3
|
Berjalan
3,5 – 4 mil/jam, mencangkul, membawa beban, bersepeda, bermain tenis, menari
|
Aktivitas
Sedang
|
4
|
Berjalan
dengan beban yang berat, menebang pohon, menggali, sepak bola, pekerja
bangunan
|
Aktivitas
Berat
|
Sumber : Durnin dan Passmore (1967)
dan WHO (1985) diacu dalam Subcommitte of
the RDAs (1989)
Ada
hubungan antara melakukan kegiatan fisik dengan penurunan berat badan atau
mempertahankan berat badan menuju normal. Berat badan menjadi indicator dalam
penentuan status gizi. Status gizi dapat diketahui dengan beberapa
cara yaitu konsumsi pangan, antroponetri, biokimia, dan klinis. Antropometri merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung. Pengukuran antropometri ini berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Berbagai parameter atau jenis ukuran tubuh yang digunakan sebagai
indikator status gizi seperti umur, berat badan, tinggi badan. Antropometri
menggambarkan ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan keteidakseimbangan terlihat dari
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, dan otot
(Supariasa, dkk, 2012).
Indikator yang digunakan
dalam pengukuran antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), melalui
pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Menurut Arisman (2004), berat badan dan tinggi badan menggambarkan
keadaan pertumbuhan. Keadaan pertumbuhan
sangat erat hubungannya dengan masalah konsumsi energi dan protein. Lebih lanjut, berat badan erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Orang yang
rutin melakukan olahraga biasanya memiliki berat badan normal. Sebaliknya,
orang yang jarang beraktivitas biasanya memiliki berat badan lebih (overweight) hingga obesitas. Setiap
orang selalu menginginkan berat badan ideal atau normal. Cara nya untuk
mempertahankan berat tubuh ideal adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang
cukup.
Berikut merupakan cara pengukuran
status gizi melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian
dikelompokkan berdasarkan status gizi sebagai berikut rumus untuk menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) :
|
Indeks massa tubuh
(IMT) dikategorikan sesuai dengan kriteria menurut Depkes RI (2004) :
Berat
badan kurang tingkat berat :
IMT<17 span="">17>
Berat
badan kurang tingkat ringan : IMT 17,0
– 18,4
Berat
badan normal :
IMT 18,5 – 25,0
Berat
badan lebih tingkat tingan : IMT
25,1 – 27,0
Berat
badan lebih tingkat berat : IMT
> 27,0
Akhirnya
dengan memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat berprinsip gizi seimbang
serta dengan visualisasi tumpeng gizi seimbang merupakan salah satu upaya
mencapai dan mempertahankan derajat kesehatan yang optimal.
Gambar 1. Tumpeng Gizi Seimbang
Referensi :
1. Arisman,
D. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Almatsier,
S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : PT Gramedia.
3. Pedoman
Gizi Seimbang 2014. Kementerian Kesehatan RI.
4. Supariasa,
I.D.N., Ibnu F, dan Bachyar B. 2012. Penilaian
Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment