Semangat Malam Blogger. Akhirnya aku mulai berani publish bidang pangan dan gizi juga. Alhamdulillah :) Ini adalah sebuah tulisan saya, yang berikut merupakan saya ikutkan pada Lomba Essay yg diadakan oleh Penerbit Agromedia. Menyambung cerita perjalanan saya ke Perkebunan Teh beberapa waktu lalu, sy ingin berbagi tentang manfaat Antioksidan di dalam Teh Hijau. Berikut merupakan secara lengkap , atau bisa di buka di link berikut :
Antioksidan Teh Hijau (Camelia sinensis)
Oleh Sandy Ardiansyah
Antioksidan merupakan senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas tanpa
terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal
bebas. Ada 3 macam
antioksidan yaitu Antioksidan
yang dibuat oleh tubuh sendiri yang berupa enzim, antara lain : superoksida dismutase, glutathione peroxidase, perxidasi dan
katalase, Antioksidan
alami yang diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C, beta
karoten, flavonoid, dan senyawa fenolik dan Antioksidan sintetik yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated
Hiroxyanisole (BHA), BHT, TBHQ, PG, dan NDGA yang ditambahkan dalam
makanan untuk mencegah kerusakan lemak.
Dewasa ini, merebaknya penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh pola
konsumsi yang salah. Menyebarnya makanan-makanan cepat saji yang hanya tinggi
lemak dapat mengakibatkan terjadi nya obesitas yang lambat laun akan meningkat
menjadi sumber penyakit degeneratif lainnya.
Teh hijau merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki antioksidan alami
yang terkandung senyawa flavonoid disebut dengan katekin. Tingginya kandungan
katekin pada teh hijau berperan sebagai antioksidan alami. Aktivitas polifenol
maupun katekin ini berfungsi untuk mencegah radikal bebas sehingga dapat
mengurangi kerusakan sel tubuh. Daya antioksidan
komponen katekin lebih besar jika dibandingkan dengan vitamin C ataupun
β-karoten.
Teh (Camelia sinensis)
merupakan bahan minuman yang dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Teh
merupakan minuman yang dikonsumsi pada banyak negara dan di seluruh lapisan
masyarakat. Tingkat produksi teh Indonesia tahun 2009 mencapai 120.000 ton per
tahun atau memenuhi sekitar 5,8 persen kebutuhan dunia dengan luas kebun
148.000 hektar. Dari data ATI (Asosiasi Teh Indonesia), teh menyumbangkan devisa
110 juta dollar per tahun. Dari data ini, teh sebagai peranan komoditas dalam
perekonomian di Indonesia yang cukup strategis.
Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh juga memiliki khasiat bagi
kesehatan tubuh. Seperti mencegah pertumbuhan kanker, menurunkan tekanan darah,
mencegah karies gigi, dan lain-lain. Teh hijau merupakan hasil olahan pucuk
daun teh tanpa melalui proses fermentasi. Pengolahannya dilakukan dengan cara
menginaktifasi enzim polifenol oksidase yang terdapat pada pucuk daun teh
segar, yaitu dengan pemanasan ataupun penguapan dengan uap panas. Adanya proses
tersebut dapat mencegah terjadinya oksidasi enzimatik pada kandungan katekin
teh.
Beraneka produk minuman berbasis teh hijau banyak dijumpai di pasaran dalam
bentuk teh hijau celup, teh kering dalam kemasan dan produk teh hijau ready to drink (RTD). Keanekaragaman
produk teh hijau ini merupakan langkah dalam mengantisipasi pasar yang masih
luas ditambah lagi Indonesia memiliki perkebunan teh yang cukup luas.
Menurut Graham (1984); Van
Steenis (1987) dan Tjitrosoepomo (1989) dalam
Tuminah (2004), tanaman teh Camellia
sinensis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub
divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub
kelas : Dialypetalae
Ordo : Guttiferales
Familia : Camelliaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Terdapat
dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu Camellia sinensis var. assamica
yang berasal dari Assam dan Camellia
sinensis var. sinensis yang
berasal dari Cina. Camellia sinensis
var. assamica memiliki daun yang
lebih besar dengan ujung runcing, sedangkan C. sinensis var. sinensis
daunnya lebih kecil dan ujungnya sedikit tumpul. Teh hijau pada umumnya diolah
dari Camellia sinensis var. sinensis. Pada jenis Assam (Camellia sinensis var. Assamica)
mempunyai tingkat polifenol tinggi, sehingga rasa yang dihasilkan akan lebih
sepat dan pahit (Cabrera, et al.,
2006).
Teh hijau dibuat dengan cara pemanasan (pan-frying) atau pemberian uap panas (steaming) yang bertujuan untuk menginaktivasi
polifenol oksidase. Tahapan pengolahan teh hijau yang baik dan benar terdiri
dari pelayuan, penggulungan, pengeringan, dan sortasi kering. Cabrera, et al. (2006) menyatakan pula bahwa
karakteristik proses pembuatan teh hijau terletak pada proses pemanasan awal
yang dapat menginaktivasi enzim polifenol oksidase. Enzim ini berpengaruh
terhadap perubahan flavanol pada daun teh menjadi senyawa polifenol pada teh
hitam.
Ekstrak teh hijau memiliki potensi dalam skala besar jika diaplikasikan
sebagai antioksidan alami. Aktivitas antioksidan katekin lebih tinggi daripada
BHA dan α-tokoferol pada lemak babi dan minyak salad. Epigalokatekin galat
(EGCG) juga menunjukkan hubungan yang sinergis dengan asam askorbat,
α-tokoferol, asam sitrat dan asam tartara. Yang, et
al. (2009) juga menyatakan bahwa sebanyak satu cup teh hijau, yaitu sekitar
2,5 gram teh yang diseduh dengan 250 ml air panas, mengandung 620 – 880 mg
senyawa larut air, dimana sepertiga kandungannya merupakan katekin.
Sebagai bahan antioksidan manfaat teh hijau sangat beraneka ragam, salah
satunya adalah untuk menurunkan berat badan, Penelitian yang dilakukan oleh Margriet
et al (2005) yang dimuat di Jurnal Obesity Research pada 76 orang yang
mengalami overweight dan diberi suplemen teh hijau (270 mg epigallocatechin Gallate) berupa
2 s/d 6 kapsul sebelum makan selama 4 minggu treatment dan 3 bulan pemeliharaan
berat badan menunjukkan penurunan berat badan 5,9 kg dan dapat tetap
mempertahankan berat badan pada masa pemeliharaan. Mekanisme penurunan berat
badannya adalah melalui Thermogenesis dan fat oxidation. Disamping itu, sebuah
penelitian baru yang dilakukan para ilmuwan Swiss menyimpulkan bahwa minum teh
hijau dapat meningkatkan metabolisme tubuh sebanyak 4%. Metabolisme tubuh
sangat berperan penting terhadap kesehatan dan daya tahan tubuh.
Oleh karena itu, teh hijau adalah sumber antioksidan alami yang hamper
tidak mempunyai pengaruh akan efek samping yang ditimbulkannya. Meskipun
demikian, kita harus tetap melihat pola konsumsi lainnya sehingga terjadi
keseimbangan metabolisme yang sangat mempengaruhi kesehatan tubuh.
Referensi :
Anonymous. 2010. Les Differents
Types de Thes. http://www.limousin-chine.org/pages/The/tprint.gif. Akses tanggal 28 Januari 2011.
Cabrera, C., R. Artacho, and R. Gimenéz. 2006. Beneficial Effect of Green Tea – A Review. J. American College
of Nutrition. 25(2): 79 – 99.
Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan
Alami: Penangkal Radikal Bebas. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Madhavi, D. L., S. S. Deshpande, and D. K. Salunkhe. 1995. Food Antioxidant: Technological,
Toxicological, and Health Perspectives. Marcel Dekker, Inc. New York.
Soraya, N. 2007. Sehat dan
Cantik Berkat Teh Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Thomson, L. 2008. Tea and its
Place in Jamaican Society. http://www.culinarydelightsblog.com/wp-content/uploads/2007/08/tea-plant3.jpg.
Tanggal akses 28 Januari 2011.
Tuminah, S. 2004. Teh [Camellia sinensis O.K var. Assamica (Mast)]
sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan. Tinjauan kepustakaan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. No. 144: 52 – 54.
Yang, C. S.,
J. D. Lambert, and S. Sang. 2009. Antioxidative
and Anti-carcinogenic Activities of Tea Polyphenols. Artikel Ilmiah. Arch
Toxicol 83: 11 – 21.
http://www.goodpaste.com/2012/03/manfaat-teh-hijau-bagi-kesehatan.html.
diakses pada 24 Mei 2012.
Penulis
Sandy Ardiansyah, A.Md.Gz
Kost No 9 Jalan Pisang Kipas No 10
Malang, Jawa Timur, 12.48 AM
No comments:
Post a Comment