Beranda

Monday, 21 April 2014

Motivasi Menggapai Mimpi (3M)

Membaca sebuah blog dari seorang mahasiswa tingkat akhir diploma gizi membuat aku seperti berkaca dengan diriku. Bukankah sewaktu jaman kuliah aku sangat produktif dalam melahap semua perlombaan menulis, baik itu bertema tentang gizi maupun keluar dari genre pendidikan yang sedang aku jalani saat itu. Kemudian aku mulai berkaca dan terbayang dengan semua Mimpi-mimpiku. Mimpi yang aku bangun sejak jaman DIII Gizi, DIV Gizi hingga sekarang ketika aku sudah mencapai derajat sebagai Ahli Gizi (Nutritionist Registered/Technical Registered Dietisien) di RSUD Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Ini bukan sebuah mimpi lagi, karena aku yakin di dalam daftar mimpiku dulu, pasti ada salah satu yang dimaksud ini. 

Dalam Rintikan hujan di luar yang sedang deras-derasnya, Entahlah aku makin tidak percaya bahwa hari ini, semangat untuk menulis kembali timbul dan sangat menggebu-gebu. Mungkin karena diiringi dengan lagu yang amat bersemangat sekarang aku dengarkan lewat tali headvoice lamaku. Aku mulai mencari hardisk hitamku di lemari yang aku sebut "lemari warna warni" karena memang terdiri dari berbagai warna disetiap kotaknya. Akhirnya aku membuka file konsep buku-buku yang belum sempat aku selesaikan. Aku malu sendiri dan tidak bisa menyembunyikan perasaan itu karena tidak tahu kemana waktu yang sudah aku buang. Dalam arti, timbul pertanyaan besar dalam diri : Kenapa tidak aku selesaikan ? Mungkin bisa didata buku-buku yang ingin aku tulis dan bahkan nyaris berhenti di tengah jalan adalah seperti di bawah ini :
1. Gizi Optimal Tulang Kuat
2. Posyandu Unggulan dan Swasembada
3. Kaderku Pahlawan Bangsa
4. Ketahanan Pangan Rumah Tangga
5. Asuhan Gizi Penyakit Degeneratif dan Aplikasi Kasus
6. Buku Seri Kesehatan Gizi (Kajian Analisis Jurnal)
    - Double Burden (Gizi Ganda) / Cermin Gizi
    - Pengaruh Iodium pada Optimalisasi Gizi Anak
    - Masalah Anemia, Dahulu dan Sekarang
    - Negeri Bebas KVA
7. Gizi untuk Anak Sehat, Mental Kuat
8. Curahan Hati (Curhat) AHLI GIZI
9. Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat
10. Penyelenggaraan Makanan Massal (Kajian Teori dan Aplikasi)

Mungkin terkesan arogan dan sombong, tapi inilah nyatanya. Aku berusaha menghimpun mimpiku hanya untuk menulis semua konsep buku diatas yang semuanya berhenti di tengah jalan. Hari ini aku berusaha untuk bangkit. Karena "jika bukan sekarang, jika bukan saat ini, kapan lagi raga ini bisa mencerna". Mencerna semua ilmu yang sudah didapatkan, mencerna semua pengalaman menulis dari orang besar dan mencerna semua pengalaman dalam merangkai kata-demi kata.


Aku tidak tahu penyemangat ini timbul dari mana, tetapi yang aku rasakan sekarang adalah bagaimana caranya aku bisa bangkit. Iya tersadar akirnya aku mulai menapaki turun anak tangga, aku ingin melihat kisahku jaman dulu. Cerita dimana aku bisa terdampar di dunia Pergizian Indonesia. Baiklah, aku mengawali karir sebagai seorang mahasiswa tingkat pertama DIII Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, tentunya setelah melewati tahapan tes untuk lulus. Tingkat pertama mungkin kegiatanku sama saja dengan mahasiswa lain, berusaha untuk beradaptasi dengan semua kegiatan kampus vokasional. Tidak banyak yang aku lakukan kecuali menjadi seorang kandidat Calon Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) tahun 2009, namun ternyata dalam seleksi debat aku hanya bisa meraih jabatan sebagai Wakil Ketua BLM. Sungguh bahagia saat itu karena semua cerita hidup organisasi yang aku dapatkan di awali dari sini. 


BLM memanggilku dan menuntunku untuk bersikap independet, visioner dan kritis, aku mulai mengenal bagaimana caranya membuat sebuah proposal kegiatan dan mencari sponsor dalam mengadakan kegiatan. Bagaiamana cara bermusyawarah, rapat dan debat terkadang dengan sesama anggota organisasi mahasiswa di kampus kesehatan Jogja ini. Satu tahun periode telah berakhir, dan perkuliahan semester I dan II pun sudah berakhir. Di kelas, aku mungkin terbilang sebagai anak yang "nyeleneh". Jelasnya terkesan sebagai orang yang ingin tau dan ingin belajar banyak, meskipun terkadang keinginan ini terhambat karena mental ABG yang masih ingin bermain-main dan hura-hura. 


Tingkat I aku lewati dengan baik, meskipun IPK hanya diatas rata-rata, namun atas pencapaian ini aku selalu bersyukur karena Allah berjanji ketika kamu selalu bersyukur atas apa yang sudah kamu perjuangkan, maka Allah SWT akan menambahkan nikmat yang kamu peroleh. Tingkat II sudah menanti, seleksi untuk organisasi mahasiswapun berlangsung, kehidupan politik di kampus berlangsung aman dan damai. Akhirnya aku berkesempatan untuk dicalonkan kembali menjadi Ketua BLM, namun kembali aku belum dipercaya untuk memegang amanah itu. Karena organisasi itu adalah perjuangan semua anggota, meskipun aku kalah dalam pencalonan. Niat untuk bersama-sama memperjuangkan BLM, Kampus dan mahasiswa pun tidak pernah luntur dari dalam sanubari. Koordinator Komisi D yang bertugas sebagai Kritisi Kebijakan Kampus diamanahkan sang Ketua BLM kepadaku saat itu (tahun 2010). Saat itu aku mengkonsepkan : Buku KriSan (Kritik dan Saran) di setiap kelas, dan Kegiatan "Secangkir Teh Bersama Direktur" yang saat ini masih dipertahankan oleh BLM. Jiwa organisasi aku terlalu over jika bisa dikatakan, saat itu aku mengikuti kegiatan UKM Jurnalistik untuk mengasah hobi menulisku, UKM Riset untuk menyalurkan hobi menelitiku, dan UKM SKI At Taqwa sebagai tiang pedoman agamaku, Islam ! Karena dalam hidup ini, keseimbangan antara Iman, Taqwa dan Berkehidupanlah yang dapat membuat hidup kita tentram baik di dunia maupun untuk di akhirat kelak. 


"Banci Kegiatan", inilah julukanku saat itu. Karena komunikasi yang baik dengan lafal Indonesia yang baik pula. Saat kegiatan-kegiatan, aku didaulat menjadi MC (Master of Ceremony), pengalaman yang berkesan banyak sekali ketika sedang membawakan acara. Salah satunya ketika aku harus membawakan acara "English Debate Competition", sampai sekarang aku masih ingat dengan tema nya : Dare to speak, dare to be corrected. Karena berbicara di depan umum adalah sebuah seni dalam merangkai kata, sama hal nya dengan merangkai kata melalui lentik jemari tangan dalam menulis. Sebenarnya tidak ada beda dari kedua kemampuan yang aku asah tersebut. 


Karena hasil akademisku yang lumayan tinggi dan kegiatan organisasi yang optimal. Aku berhasil mendapatkan beasiswa/dana bantuan pendidikan dari salah satu Lembaga KWP di Sumatera Selatan, Alhamdulilah dan aku diundang untuk menerima penghargaan itu di salah satu Hotel Kaliurang Jogja. Inilah tonggak lahir dari sebuah lemari prestasi di Kampus Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Aku berhasil meletakkan penghargaan ini di dalam lemari kaca prestasi yang dulu aku sempat berjanji dalam diri bahwa suatu saat akan ada namaku di dalam nya akhirnya bisa tercapai. 


Tahun ini pula aku berhasil berangkat untuk mengikuti kegiatan Aliansi Pers Mahasiswa Politeknik se-Indonesia dan Pelatian Nasional Jurnalistik di salah satu kampus Swasta Bandung dengan biaya dari kampus. Ini merupakan perjalanan luar pertamaku mewakili kampus. Dalam pelatihan ini, aku banyak mengenal teman-teman hebat dari berbagai kalangan disiplin ilmu. Yang saat ini menjadi salah seorag Motivator dan super deal dalam perjalanan hidup adalah bernama Ya Muhammad Maulidin, atau aku memanggilnya Olid. Kami merupakan dream catcher kelas ulung yang saling berlomba untuk memperjuangkan mimpi. Tentu saja kami saling menyemangati, bahkan hingga sekarang. Namun untuk urusan SOGA (Syndrom of Go Abroad), beliau ini lah yang memegang juaranya. Karena negeri Korea Selatan dan Australia sudah di singgahi. Namun aku hanya lah, negeri Upin ipin yang sudah aku singgahi. Cerita ini akan aku bahas di paragraf selanjutnya.


Setalah bertemu dengan teman yang luar biasa dengan segudang pengalaman ilmu Jurnalistik, akhirnya aku kembali ke kampus dan segera mempraktekan hasil dari pelatihan tersebut, Yaitu membuat Majalah Kampus. Ya, pada tahun ini lahirnya majalah kampus pertama berjudul "Recovery'', aku didaulat menjadi Pemimpin Redaksi. Alhamdulilah, majalah ini akhirnya terbit dengan berbagai artikel mengenai kampus dan info kesehatan yang menarik bagi seorang mahasiswa kesehatan. 


Tahun 2010, tepatnya 13 Oktober 2010 aku berhasil mengundang sebanyak 50 orang mahasiswa dari Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes se-Indonesia berkumpul di kampus tercintaku untuk mengikuti kegiatan Musyawarah Nasional Ikatan Keluarga Mahasiswa Diploma Gizi Indonesia (IKAMAGI) selama seminggu lamanya. Saat itu kami bersatu sebagai mahasiswa Diploma Gizi Indonesia untuk mempererat dan membangun organisasi nasional sebagai jembatan untuk mempersatukan seluaruh mahasiswa diploma gizi dan sekaligus bersama-sama membentuk karakter mahasiswa diploma gizi Indonesia yang berwawasan kritis, kreatif, dan egaliter. Sebagai founder dari IKAMAGI bersama dengan sahabatku yang saat ini sedang menempuh studi sarjana di IPB, Jhonson Agustinus kami siap untuk selalu mendukung kegiatan IKAMAGI hingga periode ke IV sampai sekarang. Jayalah Diploma Gizi Indonesia !

Aku ingat sekali Merapi mulai meletus pertengahan November 2010 seusai kegiatan MUNAS IKAMAGI, dan aku saat itu menjadi mahasiswa rantau yang galau, karena keluarga yang khawatir dan menyuruh anaknya untuk pulang dulu ke tanah Sumatera. Namun, karena aku yakin bahwa bisa bermanfaat bagi orang lain saat itu, aku pun menjadi relawan di Instalasi Gizi RSUP Sarjito Yogykarta. Apa yang aku bisa ceritakan saat itu bahwa, semua orang menangis  dan meringis kesakitan. Saat itu aku bertugas mengantarkan makanan dan cairan enteral kepada para pasien combustio (luka bakar). Aku melihat bagaimana manusia hilang bentuk, penuh dengan hentakan tangan dan kaki yang terikat karena untuk proses intervensi pasien tersebut. Aku menahan tangis saat itu di ruangan GBST, karena melihat seorang yang tanpa bentuk lagi. Sungguh iba dan kasihan sekali melihtnya, ditambah lagi melihat keluarga pasien yang saling mencari-cari apakah pasien di dalam ruagan itu adalah salah satu keluarganya. 


Lepas dari permasalahan di Merapi, aku sempat mengikuti seleksi kegiatan Forum Indonesia Muda Rescue yang bekerjasama denga MERC, alhamdulilah aku lulus dalam seleksi Awal Desember 2010 itu, dan mimpi ke Cibubur pun tercapai. Karena dulu aku adalah seoarang Pramuka ketika SMP, aku sering ditugaskan untuk pergi dalam perkemahan. Mulai dari perkemahan di Bumi Perkemahan Prabumulih hingga Bumi Perkemahan Danau Ranau. Namun keinginan ke Cibubur saat itu terhenti karena sudah masuk kelas III SMP yang harus fokus menuju ujian sehingga tidak jadi berangkat. Akhirnya kegiatan Pelatihan FIM Rescue ini mengantarkan aku untuk menghirup udara Cibubur. Disanalah aku banyak bertemu para dream catcher, penuh dengan motivator ulung yang membangkitkan jiwa sosial dan kemanusiaan. Hebat sekali, aku bermalam di Taman Wiladatika, aku belajar bagaimana mendirikan tenda darurat, dapur bencana, naik kapal karet di danau cibubur, dan bagaimana bikin bivak solo, dan akhirnya bermalam di tenda juga di bumi cibubur hingga sampai pada akhirnya kegiatan simulasi bencana yang mengharuskan jurik malam dengan banyak tantangannya. FIM, Aku untuk Bangsaku !


Saat itu tahun memasuki 2011, aku masih berkutat dengan dunia kuliah dan organisasi serta lomba-lomba dan kegiatan pemuda lainnya. Seingat aku, tahun 2011 aku dan kelompokku mendapatkan rejeki dari dana hibah PKM Dikti tahun anggaran 2011 bidang Penelitian. Saat itu kami membuat flakes yang berasal dari uwi dan biji kecipir. Namun, saat itu kami tiak bisa memperjuangkan hingga tembus menuju PIMNAS. Namun pencapaian ini menjadi yang luar biasa bagi kampus. Untuk waktu yang akan datang bisa aku upload abstrak dari penelitian mengenai uwi dan biji kecipir ini. Setelah kegiatan ini, sebagai mahasiwa tingkat akhir disibukkan dengan kegiatan PKL. Ada banyak cerita menarik ketika menjalani Praktek Kerja Lapangan MAGK dan MSPMR di RS Syaiful Anwar Malang. Berikut sajian visualnya.

 Gambar 1. Aksi di Receiving BM

Gambar 2. Persiapan BM (Pemotongan)

Satu semester lagi aku akan selesai dan berhak menyandang gelar Ahli Madya Gizi, namun perjalanan menuju ke arah wisuda harus dilewati dengan sangat keras. Disisi lain, saat bersamaan aku terpilih sebagai perwakilah jurusan dalam acara Mahasiswa Berprestasi tahun 2011 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, penilaian untuk menjadi yang terbaik sungguh ketat, mulai dari IPK, Karya tulis, organisasi dan kegiatan kampus serta bahasa inggris. Sungguh peluh yang aku rasakan, karena saat itu aku juga sedang menyusun KTI sebagai syarat meraih gelar DIII Gizi. Namun semua memang harus aku hadapi saat itu, untuk mapres aku dibimbing oleh dosen prestasi dari jurusan Gizi yang saat ini sudah bergelar Doktor. Tepatnya Doktor Waryana nama beliau, bimbingan yang aku lakukan bersama beliau di lakukan malam hari di rumah beliau dan selama 10 hari aku jalani dengan mengendarai motor selama 30 menit menuju rumahnya di wilayah Bantul. Setelah melewati tahapan seleksi akirnya saat itu aku gagal memperjuangkan sebagai Mapres Utama yang berhak menuju Selekesi Nasional. Aku hanya berada posisi ke IV saat itu, dan sungguh menahan kecewa dengan semua yang sudah aku perjuangkan. Mungkin saat itu aku jatuh pada tes TOEFL, aku akui memang untuk mengerjakan tes seperti TOEFL aku sangat lemah karena bahasa inggris yang sudah tidak pernah digunakan lagi dan dipelajari lagi. 


Akhirnya saat itu aku bangkit karena aku harus memperjuangkan KTI menuju Wisudaku. Disaat waktu yang bersamaan, ILMAGI dan UNHAS mengadakan perlombaan KTI tingkat Mahasiswa Gizi Indonesia. Akhirnya aku beranikan untuk mengirimkan KTI Mapresku dalam perlombaan di Makassar. Alhamdulilah, aku bisa masuk dalam nominasi 5 besar dan berhak untuk presentasi di UNHAS. Saat itu yang menjadi juri adalah seoarang Professor Gizi dari Unhas, mahasiswa UNHAS memanggilnya Prof Acha/ Prof Abdul Razak Taha, Sp.GK. Aku bangga sekali bisa menyajikan hasil KTI di depan seorang pakar gizi, saat itu judul karya tulisku adalah  "Model Posyandu Swasembada Sebagai Upaya Menyelamatkan Anak-Anak Korban Bencana Gunung Merapi dari Loss Generation''. Saat pengumuman gemuruh hatiku riuh ria karena menadapatkan Juara ke II dalam perlombaan skala Nasional ini bahkan bisa mengungguli tingkat Mahasiswa Sarjana Gizi. Akhirnya tidak juara Mapres bisa juara II Nasional di UNHAS Makassar pula. Sambil menyelam minum air, karena banyak jalan menuju Roma bak pepatah klasik. Jiwa pantang menyerah ini lah yang aku sangat banggakan hinngga sekarang, karena sudah sering gagal sehingga aku tahu bagaimana caranya untuk bangkit dan bangkit kembali.

Gambar 3. Suasana Pantai Losari Makassar di waktu sore hari

 Gambar 4. Finalis LKTI PIMGI Unhas tahun 2011

Saat mengikuti acara seminar, aku tak menyangka bahwa yang menjadi pembicara adalah idola dan inspirasiku dalam dunia Gizi Indonesia, yaitu Bapak Prof. EM. Soekirman. Saat itu aku sempat melemparkan pertanyaan kepada beliau dan aku sempatkan untuk menyampaikan bahwa beliau adalah idola dan inspirasiku hingga sekarang. 

Gambar 5. Bersama Prof (Em) Soekirman, MPS

Aku ingin bercerita bahwa dibalik kesuksesan dalam lomba di Makassar saat itu adalah seorang motivator yang menuntunku untuk tidak pantang menyerah, seorang guru ilmu kehidupan. Beliau adalah Bapak Alhiko, MPH. Beliau adalah seoarang bapak yang super inspiratif, seorang penguat jiwa dan seoarang ustadz yang selalu mengajarkan banyak hal. Terimakasih Bapak Alhiko, aku banyak belajar dari segala hal dari beliau, sosok yang pantang menyerah dan kokoh. Hei aku juga mau menyapa Mb Astuti yang selalu memberiku semangat (staff di Pudir 3, Kemahasiswaan) hingga sekarang kami rajin berkomunikasi lewat BBM. Seorang kakak yang selalu membimbing adik-adiknya dan menguatkan juga ketika proposal LPJ aku dicoret-coret oleh Bapak Alhiko. Saat itu ruangan PUDIR III menjadi tempatku keseharian, kadang jika tidak ada kuliah, aku sempatkan bermain atau mungkin sedikit bercerita-cerita, bahkan aku pernah numpang ngeprint tugas disana sepertinya. 


Kembali ke bangku pendidikan Gizi, aku melakukan penelitian di salah satu Klinik Ibu Hamil di wilayah Godean. Namanya Klinik Nurani, penelitian KTI ini merupakan penelitian payung bersama temanku yang luar biasa. Sosok muslimah modern yang gigih dan selalu rendah hati. Lisana Shidiq Aliya namanya. Saat ini dia sedang ditimpa musibah, aku tahu bahwa dia habis kecelakaan mobil selepas wisuda Sarjana Gizinya. Lisa, Semoga lekas sembuh dan pulih ya Sobat sehingga bisa kembali berjuang dalam dunia pergizian Indonesia. Aamiin. Kembali pikiranku terpecah saat itu, karena KTI yang aku ajukan untuk mengikuti Lomba KTI UMAMI yang di selenggarakan PT Ajinomoto dan DPD Persagi DIY tembus untuk dipresentasikan. KTI dalam Lomba UMAMI saat itu berjudul "Tingkat Pengeahuan, Persepsi dan Perilaku Mahasiswa Gizi Praktek di RSUD dr Saiful Anwar", karena saat berlangsungnya lomba aku sedang PKL di Malang sehingga terpikirkan ide untuk meneliti mahasiswa yang sedang PKL. Karena "pengalaman adalah guru yang terbaik", Alhamdulilah aku menjuarai lomba tingkat provinsi DIY dan berhak mengikuti perlombaan Nasional di Surabaya dalam wkatu dekat dan bersaing dengan 9 finalis lainnya dari berbagai provinsi. Saat itu aku mendapatkan bimbingan intensif dengan salah satu Ahli Gizi Puskesmas yang juga sebagai Ketua DPC Persagi Sleman yang akan mendampingi aku dalam perlombaan di Surabaya. 


Akhirnya, sampai juga pada perlombaan di Surabaya, saat itu aku tidak berharap lebih karena memang aku mengganggap bisa sampai Nasional untuk kedua kalinya adalah sudah luar biasa. Saat itu yang menjadi juri kembali 3 orang pakar hebat (Prof Hardinsyah, Dr Atmarita, MPH, dan Prof. drh.Rizal Damanik,MSc). Aku mendapat presentasi dengan nomor urut ketiga, saat aku mulai mempresentasikan, aku awali dengan video wawancara dari salah satu mahasiswa yang turut bagian dalam penelitian. Setelah itu aku lanjutkan dengan pendahuluan hingga akhirnya sampai pada kesimpulan dan saran. Waktu 15 menit sepertinya tidak cukup untuk menjelaskan sedetail-detailnya KTI tersebut. Tahap tanya jawab berlangsung alot dan panel, bagaimana cara mengatasi stress dan nervous inilah yang menjadi pengalaman berharga saya. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa juri lomba tersebut adalah 3 orang pakar gizi Indonesia. Acara dilanjutkan dengan study comperative ke produk Ajinomoto di Mojokerto. Dari kunjungan ilmiah ini aku banyak belajar bahwa "kesempatan tidak akan pernah datang 2 kali", sehingga ketika kita berada pada kesempatan yang kita inginkan dan dambakan. Optimalkan !

Malam penganugerahan Pemenang digelar secara mewah dan meriah di Hotel Novotel Surabaya, Wow, luar biasa sajian, tata panggung, lighting, dan musik yang berpadu dengan warna merah membasahi pesta malam itu. Hadiah nya pun tak kalah besar, setiap finalis mendapatkan uang sebesar 3 juta rupiah dan 3 pemenang terbaik akan mendapatkan 1 unit Laptop HP. Saat pengumuman memang hati ini mendadak tak karuan, kami bersepuluh merasakan bahwa saat itu jantung seperti berdebar kencang. Terbaik I Lomba KTI adalah Yogyakarta (Sandy Ardiansyah), ya itu namaku. Aku heran saat itu, seorang teman dari Jakarta menepuk punggungku dan menyuruhku maju ke atas panggung. Ya Alloh, Terimakasih atas penghargaan ini. Akhirnya aku berhasil membanggakan kampus tercinta kembali dengan prestasi ini dan bisa memotivasi adik-adik tingkat untuk turut berprestasi.
Gambar 6. Berita pemenang LKTI Umami di Majalah Tempo

Aku kembali ke Jogja dan akhirnya aku menyelesaikan revisi demi revisi untuk KTI guna lulus sebagai Ahli Madya Gizi. Seminar Hasil aku hadapi dengan baik dan memuaskan, tak lupa aku mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbingku saat itu Ibu Tri Siswati, SKM, M.Kes dan Ibu Dra. Elza Ismail, M.Kes dan teman sepayung serta pihak yang telah membantu hingga selesainya KTI yang berjudul "Faktor Risiko Asupan Fe, Inhibitor Kalsium dan Jarak Kelahiran Terhadap Kejadi Osteoporosis pada Ibu Hamil". Perjalanan tidak berhenti sampai disana, akhirnya aku ajukan KTI ini sebagai presentasi oral pada Simposium Gizi Nasional di FK UGM dan Puji Syukur akhirnya aku terpilih sebagai salah satu penyaji. Sungguh luar biasa bisa berbicara menyajikan hasil penelitian di Kampus FK PS Gizi Kesehatan UGM. 


Cerita di Jogja aku tutup dengan hari Wisudaku, dimana aku bisa mengenakan toga dan melihat wajah keluaga terutama orang tuaku berdenyut bangga dengan apa yang sudah dihasilkan oleh anaknya. Menjadi Ahli Madya Gizi yang Istimewa !


Cerita yang sudah aku paparkan mungkin tidaklah sesempurna sorang penulis handal dan motivator ulung. Namun pesan yang ingin saya sampaikan adalah dimana seseorang mempunyai niat, dan mimpi yang tinggi. Maka perjuangan keraslah yang harus dilakukan dan tetap terus Berdoa dan bersyukur atas Karunia Allah SWT.  Cerita diatas sebenarnya secara pribadi aku tunjukkan pada diri ini yang sudah mulai goyah. Aku ingin membangkitkan jiwa ini agar bisa berkarya dan berprestasi mengggapai mimpi sebagai seorang agent of change dan agent of development. Menjadi seorang yang bermanfaat bagi orang-orang disekelilingku dan masyarakat yang sosialis. Aku ingin mewujudkan mimpiku menjadi seorang Penulis, Iya seorang Penulis yang akan berjuang untuk menyelesaikan buku-buku yang sudah dipaparkan di atas tulisan ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi pembangkit jiwa prestasi dalam karya keabadian.


Penukan Abab Lematang Ilir, Sumsel. 26 April 2014
Sandy Ardiansyah

No comments:

Post a Comment